300x250 AD TOP

Powered by Blogger.

Arsip Blog

Blogroll

Flag Counter

Friday, 26 December 2014

Tagged under:

SINOPSIS FILSAFAT ILMU SEJARAH DAN RUANG LINGKUP BAHASAN

SINOPSIS FILSAFAT ILMU SEJARAH DAN RUANG LINGKUP BAHASAN
Description: uin.jpg





Disusun Oleh : Ihdi Syahputra Ritonga

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA


Dosen pembimbing : Drs. Ibnu Qoyim, M.Si









SEJARAH ILMU





I.                     ILMU DALAM PERADABAN ZAMAN KUNO DAN ABAD TENGAH

1.       Ilmu dalam Peradaban Yunani
Kemunculan science Eropa dianggap bermula dari para filsuf Negara-negara kota Yunani yang mendiami pantai dan pulau-pulau Mediterranian Timur, di akhir abad ke-6 dan ke-5 SM. Karya mereka hanya dikenal melalui cuplikan-cuplikan, rujukan-rujukan, kutipan-kutipan singkat yang dibuat oleh para pengarang yang hidup belakangan. Dengan menyeleksi cuplikan-cuplikan itu para pengarang dapat menjadikannya tampak lebih rasional dan lebih ilmiah dari pada hanya sekedar pembenaran.
Dapat dipercaya bawa para filsuf Yunani Kuno lebih berminat pada penjelasan tentang fenomena dunia pencerapan inderawi (perceptual world) daripada mengajukan resep-resep praktis.Para filsuf Yunani justru menjadi perintis sikap ilmiah Eropa modern
.Satu tradisi yang sangat penting terjadi, yakni aliran Pythagorean secara eksplisit menjadi bersifat religious.Pendiri aliran ini, berusaha menemukan kunci bagi harmoni universal, baik yang bersifat alamiah maupun sosial, dan personalitas bilangan, yang dilihat sebagai susunan titik-titik yang terbentuk adalah bukti yang penting. Filsuf Eleatis yang muncul agak belakangan, Zeno dan Parmenides, menggunakan suatu analisis konseptual yang canggih untuk menyokong posisi filosofis yang menyatakan kesatuan eksistensi yang tak berubah.
Plato yang hidup diawal abad ke-4 SM adalah seorang filsuf earliest(paling awal/paling tua) yang tulisan-tulisannya masih ada.Ia merupakan seorang propagandis matematika yang sangat berpengaruh. Aristoteles, yang juga hidup diabad ke-4 SM adalah seorang filsuf dunia yang terkemuka dan terbesar.Minat-minatnya terentang luas meliputi seluruh bidang alamiah dan manusia, termmasuk etika dan metafisika.Aristoteles, memulai karirnya sebagai murid Plato tetapi pada akhirnya ia tidak setuju dengan gurunya mengenai soal-soal mendasar. Khusunya, ia menganggap matematika sebagai suatu abstraksi dari kenyataan alamiah. Baginya alamiah adalah suatu sistem hidup yang kompleks dan swakelola (self-regu-lation).Sesungguhnya, seluruh filsafat alam berikut-berikutnya merupakan sebuah dialog antara Plato dan Aristoteles, karena merekalah maka persoalan-persoalan filosofis yang paling mendalam dihubungkan kepada kehidupan.
Selama beberapa tahun Aristoteles menjadi guru pribadi pangeran yang kemudianmenjadi Alexander Agung (Kaisar Yunani) yang mana pada masanya mengantarkan Yunani mengalami perkembangan Budaya yang sangat pesat. Kota-kota besar menjadi tempat persaingan para sarjana dan teks-teks klasik, dan beberapa diantara mereka mendirikan pusat-pusat belajar seperti Museum yang tedapat di kota terencana Alexandria.
Pada zaman Helenistik ini (±323-40 SM) tidak mencapai keberhasilan puncak sebagaimana para genius zaman terdahulu, namun zaman ini menghasilkan beberapa matematikawan yang besar(Euklides, Archimedes, dan Apollonius)  dan para astronom(Hipparkhus). Studi-studi di bidang kedokteran dan fisiologi juga berkembang, dan selama periode ini, alkimia Eropa yang berasal dari alkimia yang di kembangkan oleh alkemisi Mesir, mencoba merasionalisasi perubahan kimiawi dengan teori-teori Aristoteles.
2.       Ilmu dalam Pearadaban Romawi
Menjelang berakhirnya periode pra-Kristen, kekaisaran Romawai mencapai dominasi atas seluruh dunia Mediterania.Peradaban ini begitu canggih dan nyata-nyata modern dalam politik dan personalitasnya, begitu gemar mempelajari dispilin hukum, sangat progresif dalam teknologi-teknologi perang negara dan kesehatan publik, dengan akses langsung kepada kumpulan karya-karya ilmu Yunani, namun gagal menghasilkan ilmuwan seorang pun.   
Di satu sisi, orang Romawi sendiri menganggap ilmu sebagai hal yang cocok hanya untuk spekulasi yang bersifat sementara(casual speculation). Di sisi lain, ilmu dianggap cocok hanya untuk teknik-teknik praktis.
Ada dua aliraan terkemuka pada masa Romawi, yaitu Stoisme dan Epikureanisme dan amant yang ditawarkan keduanya untuk menjadi manusia bijaksana, yaitu mengagungkan pengunduran diri (resignation) dan mengajarkan kebahagian. Walaupun demikian aliran yang belakangan mampu menghasilkan sebuah maha karya ilmu yang spekulatif,De rerum natura (Tentang Hakekat Benda-benda), karya Lukretius.
Para sejarawan berspekulasi tentang penyebab kegagalan orang Romawai di bidang pengembangan ilmu.Struktur sosial bangsa Romawiyang berkombinasi dengan kelekatannya yang lama terhadap bentuk-bentuk magis, tidak memberikan tempat bagi penghargaan atas komitmen istimewa untuk jalan yang sulit dan berbahaya dalam mencapai pengetahuan dan kebijaksanaan.
3.       Ilmu di Abad Pertengahan
Peradaban Yunani-Romawai mencapai penggenapan siklusnya pada sekitar tahun 1000. Setengah abad berikutnya di Eropa sering disebut Abad Gelap. Di Eropa Barat yang diperintah bangsa Roma, kebudayaan melek huruf hidup terus hanya di biara-biara. Usaha-usaha menghidupkan kembali keilmuan hanya sesekali dilakukan oleh raja-raja besar seperti Alfred dan Charlemagne. Sebaliknya, dalam kerajaan Timur yang diperintah oleh Constantinopel, berlangsung suatu masyarakat yang beradab, walaupun dalam segenap sejarahnya selama 1000 tahun Byzantium hanya sedikit menghasilkan ilmuwan yang patut dicatat.
Sebagai masyarakat yang baru, suatu bentuk masyarakat yang lebih biadab sedang terbentuk di Barat. Di awal abad ke-11 sebagian besar orang terpelajar mengenal dan memahami ilmu kuno dalam cuplikan-cuplikan yang segilintir dan tercabik-cabik, namun setelah itu terjadi kemajuan pesat. Pada abad ke-12 dialami suatu renaissance yang sebagian di sebabkan oleh pergaulan dengan peradaban Islam yang lebih tinggi yang terdapat di Spanyol dan Palestina dan sebagian lagi disebabkan perkembangan berbagai kota dengan kelas atasnya yang melek huruf. Dari periode ini muncullah karangan-karangan spekulatif perdana tentang filsafat alamiah. Abad ke-13 menyaksikan berdirinya universitas-universitas dan zaman kebesaran pengentahuan skolastik.
Pada tahun 1350-an Eropa dilanda oleh bencana ekonomi dan sosial dalam bentuk keruntuhan finansial dan Maut Hitam (penyakit pes). Pendapat-perndapat mengenai ilmu di abad tengan simpang-siur. Para sejarawan terdahulu memandang ilmu dizaman itu, belum terbebaskan dari beban dogmatismedan takhayul, sementara sejarawan lainnya mencoba menunjukkan bahwa banyak fakta dan prinsip pokok ilmu modern ditemukan pada waktu itu. Persoalan makin jelas ketika disadari bahwa orang terpelajar pada zaman itu tidak semuanya mencoba melaksanakan pemilitian ilmiah seperti yang dipahami sekarang.
Demikianlah di Eropa dalam periode pertumbuhan yang melahirkan peradaban sekarang ini, ada sesuatu yang dapat disebut ilmu tetapi membutuhkan imajinasi antropologis untuk memahaminya.


II.                          ILMU DALAM PERADABAN-PERADABAN LAIN

1.       Islam
Kebudayaan Islam paling relevan bagi ilmu Eropa.Bukan sekedar karena dekatnya hubungan antara Islam dangan Judaisme dan Kekristenan, melainkan juga karena adanya kontak kultural yang aktif antara negeri-negeri berbahasa Arab dengan Eropa Latin pada masa-masa yang menentukan. Ironisnya, zaman kebesaran Islam bersamaan waktunya denga titik nadir kebudayaan di Eropa Barat. Penaklukan-penaklukan yang dilakukan oleh pengkikut sang Nabi yang dimulai sejak abad ke-17 hingga abad ke-10 telah membuat bahasa Arab menjadi bhasa kaum terpelajar bagi bangsa-bangsa yang terentang mulai dari Persia hingga Spanyol.
Bangsa Muslim juga toleran terhadap keyiknan-keyakinan monoteis lainnya, sehingga orang-orang Yahudi mendapatkan posisi yang tinggi di negeri-negeri Islam pada saat mereka hampir tidak diizinkan hidup di Eropa. Tokoh-tokoh terbesar saat itu dapat membentuk kemajuan-kemajuan kreatif, tetapi jarang sekali ada kerja sama para sarjana yang dibutuhkan untuk membuat orang awam menjadi efektif.
Kontak antara Islam dan Eropa Latin sebagian besar berlangsung melalui Spanyol, dimana orang-orang Kristen dan Yahudi dapat bertindak sebagai perantara dan penerjamah. Abad ke-12 menunjukkan adanya suatu program penerjemahan besar-besaran karya-karya berbahasa Arab ke dalam bahasa Latin, mula-mula di bidang Astrologi, dan magis, kemudian di bidang kedokteran dan akhirnya di bidang filsafat dan ilmu.


2.       India
Peradaban India yang tertua sampai sekarang masih hidup.Peradaban itu telah mencapai tingkat teknologi yang sejak tahap awalnya.Kontak Eropa dengan peradaban India sebagian besar berlangsung melalui sumber-sumber berbahsa Arab, dan penelitian hitoris belum cukup maju untuk dapat penilitian historis belum cukup maju untuk dapat membedakan prioritas-prioritas dan jalur-jalur penyebarannya.
Terlihat bahawa matematika India, dengan sistem bilangan dan perhitungannya yang telah berkembang cukup tinggi, mempengaruhi aljabar Arab, juga melengkapi angka-angka utama Arab (yakni, sembilan digit dan satu angka nol dalam suatu sistemnilai-tempat).Ciri khas ilmu dalam peradaban ini berkenaan dengan kesadaran yang lebih tinggi (higher consciousness), dan dalam soal ini pemikiran Eropa sangat kurang, namun hanya kadang-kadang saja disadari adanya kekurangan itu. Oleh karena itu, prestasi-prestasi Eropa dan India tak dapat dibandingkan secara ketat melainkan harus dianggap sebagai saling melengkapi satu sama lain.
3.        China dan Jepang
Cina memunculkan tantangan yang lebih besar kepada sejarawan ilmu Eropa, Basis pengetahuan umumnya ialah keduniaan, meskipun lebih didasarkan pada harmoni antara pribadi ketimbang keteraturan-keteraturan asbtrak.Hubungan antara Cina dan Eropa bersifat tak langsung dan terbatas pada perdagangn barang-barang antik.
Pada zaman Renaissans teknologi Cina lebih maju dari Eropa.Sejarawan ilmu Inggris, Joseph Needham, telah menunjukkan pola-pola penyampaian serangkaian penemuan-penemuan penting dari Cina bagian barat.Ketiga penemuan besar itu adalah kompas magnetis, serbuk mesiu, dan mesin cetak.Eropa tak pernah menyadari hutang budinya kepada Cina, sementara itu, yang lebih penting, bangsa Cinta tak pernah mencapai perkembangan hingga menjadi ilmu modern dalam jenis yang dicapai bangsa Eropa.
Ciri khas Renaissans masyarakat Eropa yang memaksa seni-seni praktis melaju ke depan, tak pernah terjadi di Cina. Filsafat alam Cina juga didasarkan pada anologi anologi organis dan hubungan-hubungan harmoni.Filsafat itu tidak pernah dapat mengakomodasi gambaran materi mati yang bergerak sesuai dengan hukum-hukum matematis, yang itu merupakan fondasi bagi ilmu Galilean.Matematika bangsa Cina terdiri dari aturan-aturan perhitungan, dan meskipun sangat canggih, matematika ini hanya dapat diterapkan kepada perhitungan-perhitungan terperinci yang telah di rancang.
Akhirnya, terdapat kasus Jepang yang mempesona.Selama beberapa abad jepang merupakan jajahan kultural Cina.Jepang mengalami penyingkapan singkat dalam ilmu dan agama Barat sebelum para penguasanya di penghujung abad ke-17 memutuskan untuk menutup pintu pada pengaruh-pengaruh yang dianggap membahayakan.
Dipenghujung abad ke-19, bangsa Jepang memutuskan berasimilasi dengan dunia luar dan kemudian melaksanakannya dengan sungguh-sungguh.Agama asli cukup samar-samar sehingga bias mengakomodasi setiap pernyataan ilmu Barat. Para ilmuwan Jepang, para teknisi dan orang-orang awam masa kini memutuskan untuk menjalani hidup dalam dua sisi sebagian dalam dunia yang hiper-modern dan sebagian lagi masih alam salah satu tradisi social kuno yang ketat.


III.                    PENCIPTAAN ILMU EROPA

Ilmu adalah cinptaan bangsa Eropa.Meskipun peradaban-peradaban lain memberikan berbagai kontribusi yang penting kepadanya, walaupun di masa kini semua bangsa berpartisipasi dalam penelitian, ilmu alam secara khas adalah ciptaan Eropa dan koloni-koloni kulturalnya. Ilmu adalah bagian penting dari proses pencapaian dominasi atas bangsa yang emah dan hingga kini masih merupakan ujung kebiadaban dunia. Pencipataan ilmu Eropa mempunyai dua fase pertama, perkembangan teknis diabad ke-16 dan kedua, revolusi filosofis di abad ke-17.Sejak itu munculah gagasan ilmu yang berlaku hingga saat ini.
1.       Kelahiran Kembali Ilmu di Zaman Renesans
Kata ilmu dan nenek moyangnya Yunani dan Latin adalah suatu hal yang sudah tua, dengan arti-artinya yang terus menerus berubah.Pada periode masa itu yang dimaksud dengan kata ilmu terbatas pada bidang-bidang yang memberikan pengetahuan mengenai teknologi dan filsafat istilah lainnya adalah seni atau teknik.Seni itu ialah bahasa, logika, matematika, dan kaum terpelajar atau para pejabat mempelajari kedokteran dan hukum.
Tahun 1413 merupakan saat permulaan bagi ekspansi Eropa, saat pertama kali bangsa Eropa umumnya suram universitas-universitas runtuh, gereja terpecah-pecah, dan perekonomian masih menderita akibat pengaruh-pengaruh Maut Hitam. Asal-usul kelahiran kembali ilmu dapat dilokasikan pada tiga pusat.Asal usul pertama dan yang terakhir ialah hal yang disebut engan penemuan manusia dan alam, sebuah produk Renesans yang artistic pada abad ke-15 di Italia. Di penghujung abad ke-15 setiap kota besar mempunyai penerbitsn sendiri, dan tersedianya buku-buku dengan harga murah menyebabkan terjadinya transformasi di bidang pembelajaran dan kebudayaan.
Buku yang dicetak pada abad ke-16 memberikan suatu sumber bukti yang layak untuk suatu bangunan ilmu.Pada permulaan abad ini pengetahuan masih belum berkembang dan sangat tergantung kepada ringkasan-ringkasan kacau dari zaman kuno dan sumber-sumber berbahasa Arab.Menjelang pertengan peradaban ini muncul berbagai karya yang mengungguli orang-orang terbaik dari pada pendahulunya. Selama abad ini, Reformasi Protestan meletuskan serangkain peperangan yang membuat para perwira perang memerlukan keahlianbmatematis tertentu yang baru, yang berkaitan dengan pembuatan benteng dan keahlian membuat atau menembakkan meriam, yang juga memunculkan kelas-kelas baru para praktisi seperti ahli-ahli bedah militer dan para teknisi.Menjelang berakhirnya abad iniseni matematis terapan menjadi bagian pendidikan yang standar bagi seorang pria terhormat di Benua Eropa.
2.       Revolusi dalam Filsafat Alam
Pada abad ke-17 terjadi perumusankembali yang radikal terhadap objek-objek, metode-metode dan fungsi-fungsi pengetahuan alamiah.Objek-objek barunya ialah fenomena yang teratur di dunia tanpa sifat-sifat manusiawi dan spiritual,metode-metode barunya merupakan penelitian yang berdisplin dan koperatif, dan fungsi-fungsi barunya berupa gabungan dari pengetahuan ilmiah dan kekuasaan industrial.Target utama serangan para revolusioner ialah pendidikan tradisional yang lebih tinggi yang disebut Skolastik. Skolastisisme mengasumsikan sebuah dunia yang hidup, yang diciptakan dan dijaga oleh Allah benar-benar hanya demi kebaikan manusia, dan studi mengenai dunia sebagian besar diselesaikan dengan mengutip otoritas-otoritas, biak yang bersifat filosofis maupun dari sumber-sumber kitab suci. Fungsi pengetahuan ini untuk merasionalisasi pengalaman inderawi dalam harmoninya dengan agama wahyu.
Para nabi tokoh-tokoh revolusioner abad ke-17 abad ini ialah Francis Bacon di Inggris, lahir 1567, dan Galileo Galilei di Italia, lahir tahun 1564.Masing-masing bertekad melakukan suatu misi besar disamping fakta-fakta dan teori-teori khusus, dan masing-masing dalam caranya sendiri merasakan kekalahan yang tragis. Kontribusi Bacon bagi ilmu memang tidak terlihat, namun ia memberikan suatu cita-cita yang mengilhami dan juga pertimbangan-pertimbangan yang cerdas mengenai aktivitas sosial ilmu. Sedangkan kerja keras Galileo yang sangat luas bagi Kopernikus hanya mempunyai pengaruh kecil yang tak langsung, dan itu merupakan sebuah campuran namun dengan mekaniknya ia membawa kejelasan relatif kepada ilmu gerak dan meletakkan fondasi-fondasi yang kokoh bagi karya masa depan.
Berkenaan dengan susunan dan cara kerja dunia alamiah, Para filsuf baru(kecuali Bacon) mengasumsikan bahwa semua fenomerna inderawi merupakan hasil interaksi partikel-partikel materi yang kecil. Partikel-partikel ini tidak mempunyai inteligensi ataupun tujuan, sehingga paradigma reaksi ialah pertabrakan bola-bola.Dalam beberapa bidang filsafat baru tersebut cocok dengan kemajuan yang dicapai pada tahap itu, dan bidang-bidang itu mengalami transformasi, seperti kosmologi, mekanika dan pneumatika.
Karir Isaac Newton dioenghujung abad ke-17 melukiskan berbagai keruwetan yang masih berlangsung, meskipun revolusi ilmu telah berhasil gemilang.Newton adalah salah seorang ilmuwan terbesar dan seorang matematikus terkemuka di sepanjang zaman. Ia menyatukan langit dan bumi dalam satu hukum daya tarik yang tak berpribadi, hukum gravitasi, dan juga membawa suatu ketaatan logis yang baru kepada  metode-metode penyelidikan kuantitatif eksperimental. Newton sendiri menghidupkan kembali perkumpulan ini mulai dari tahun 1704 sehingga menjadi sebuah perkumpulan orang-orang terhormat yang menikmati kesempatan mendengarkan eksperimen dan koleksi.
Awal abad ke-18 adalah masa yang gemilang.Eropa sembuh dari kekalutan selama dua abad sebelumnya.Segelintir matematikus besar (keluarga Bernoulli dan Leonhar Euler) mengembangkan kalkulus differensial dan integral yang ditemukan oleh seorang filsuf-Jerman Gottfried Leibniz menuju bentuk yang diajarkan sekarang ini.
Meskipun prestasi-prestasi ini bukan kemajuan besar, namun dengan kokoh menetapkan suatu gaya tertentu ilmu yang dibela oleh para nabi filsafat yang baru, walaupun tentunya tanpa inspirasi revolusionernya.
3.        Hakikat Ilmu Eropa
Karakter khusus ilmu Eropa dapat dijelaskanmelalui keadaan-keadaan ketika para ilmuwan menggarap bahan-bahan yang diwarisi selama dua fase berturut-turut. Hal itu mencakup prinsip dasar pengenalandunia alamiah melalui argumendemonstrastif, prinsip yang pertama kali di capai dalam kebudayaan Yunani, kemudian di pungut oleh peradaban Islam namun bukan yang lain.Ciri-ciri khas masyarakat Eropa pada zaman itu memungkinkannya membuat kemajuan pesat luar biasa, kendatipun masyarakat masih sebagian besar agraris, tidak demokratis, dan terstratifikasi oleh posisi sosial yang diwariskan.
Dalam masyarakat Eropa yang relatif berubah-ubah, setiap individu terdorong untuk melakukan inovasi sebab dengannya mereka dapat memajukan diri sendiri.Di akhir abad ke-16 ilmu Eropa mengungguli sumber-sumber dan saingan-saingannya, namun hasil-hasilnya masih belum berbeda secara kualitatif dari mereka.Sampai kemudian datanglah revolusi dalam filsafat yang mengubah bentuk ilmu Eropa menjadi sesuatu yang unik.Penemuan paling penting ialah gaya baru aktivitas  sosial penelitian, dimana kerahasian dan kekejaman persaingan yang menjadi ciri para penemu pribadi dikendalikan dan ditertibkan oleh tekad untuk bekerja secara bersama-sama demi kebaikan umum.
Keberhasilan filsafat baru terbukti nyata menjelang berakhirnya abad ke-17 dan kendatipun langkah kemjuan mengendur selama abad sesudahnya, namun prestasi-prestasi zaman sebelumnya di bidang pengetahuan dan metode tak pernah hilang lagi.Ilmu-ilmu gabungan kimiawi dan ilmu sosial pada akhirnya dapat membuat kemjuan-kemajuan pada abad ke-19 dengan hanya berdasarkan konsepsi reduksionis atas dunia alamiah.
Ringkasnya ilmu Eropa berhutang budi pada keberhasilan-keberhasilan masa lampau dan karakter khusunya yang mempunyai andil pada metafisika dan metode-metodenya, ciri ciri dasar masyarakat Eropa adalah individualismeagresif yang di tempa oleh suatu prinsip bekerja sama untuk kemaslahatan umum.

IV.                      ILMU DI ZAMAN REVOLUSI MODERN

Menjelang abad ke-18, mulailah revolusi industri yang mentransformasikan Eropa dari masyarakat agraris menjadi masyarakat perkotaan.Pada awal periode ini merupakan aktivitas yang dilakukan dalam skala yang sangat kecil, kebanyakan diupayakan oleh para gentleman yang kaya atau oleh para professional terlatih, seperti fisikawan dan para insinyur.Pada masa ini fondasi-fondasi sosial dan kelembagaan menantikan matangnya ilmu di abad ke-19 muncullah reaksi romantik dalam kesusateraan dan seni yang mempunyai peran penting dalam ilmu sendiri.
1.        Ilmu Selamat Revolusi Industri
Dalam transofrmasi industri Eropa yang bertahap namun mendalam, sumbangan langsung ilmu, pada mulanya kecil.Kebanyakan kemajuan awal berasal dari rasionalisasi teknik-teknik kerajinan dan penemuan-penemuan mesih sedrahana untuk menggantikan penggarapan-penggarapan manual.Sumbangan Revolusi Industri kepada ilmu, pertama-tama tidak langsung. Dalam rangkaian indutsrialisasi daerah-daerah Inggris (Lowlands Scotland, Midlands dan Cornwall), dikembangkanlah suatu pertemuan resmi untuk hasil-hasil ilmiah. Di bagian Eropa continental, monarki-monarki yang lebih maju mendirikan perguruan-perguruan tinggi teknik baik industry, baik industri, sipil ataupun militer.
2.        Asal-Usul Intelektual Revolusi
Permulaan yang agak lebih awal dari Revolusi Industri adalah sebuah gerakan yang berpusat di Perancis, yang pertama kali membawa ilmu memasuki bidang politik.Gerakan ini dinamai Pencerahan (enllightenment) Programnya berjuang menentang dogma gereja dan takhayul popular.Senjata utamanya ialah fakra-fakta ilmu dan metode-metode rasional.Filsafat-filsafat beroperasi dilingkungan elit para cendikiawan Paris dan mendorong khalayak pembaca yang makin meningkat untuk buku-buku ilmu popular.
3.        Pengaturan Ilmu dalam Revolusi Perancis
Ilmu alam mempunyai peran yang signifikan pada saat Revolusi Perancis.Pencerahan para pelaku revolusi mewarisi keyakinan bahwa ilmu dan metode-metodenya mengijinkan para ilmuwan terbesar mencurahkan perhatiannya untuk mengorganisir industri senjata demi memperetahankan republik pada saat dibutuhkan.Selama dan sesudah revolusi tampak suatu sistem pendidikan yang disokong oleh Negara seperti pemberian beasiswa kepada siswa-siswi berbakat.
Gaya dominan ilmu di zaman revolusi ialah matematis.Dalam penerapannya, metode-metode yang digunakan berupa rasinalisasi.Hasil yang masih ada sampai sekarang ialah sistem pengukuran yang runtut.Pada masa revolusi, Perancis sudah mempunyai para matematikus yang termasyur yang tetap mempertahankan mutunya yang tinggi.Pada puncak revolusi muncul gerakan balik dalam ilmu yang menyalahkan pendekatan matematis karena bersifat steril dan elitis, bertolak dari insipirasi yang berasal dari ide-ide demokratik dan romantik.
4.        Reaksi Romantik dan Ilmu
Di Inggris, pengaruh-pengaruh Naturphilosophie sebagian besar terlihat dengan jelas pada penyair-penyair Romantik. Prestasi-prestasi ilmiah para penyokong Naturphilosophie yang masih ada sampai sekarang hanya sedikit.


V.                          ZAMAN MATANGNYA ILMU-ILMU

1.       Ilmu abad ke-19
Abad ke-19 tampak sebagai abad gemilang.Ilmu meluas menjadi bidang-bidang penelitian baru dengan sangat berhasil.Hal ini didukung oleh,berdirinya universitas-uuniversitas baru dan yang telah diperbaharui yang menyokong dilakukannya penelitian, pengajaran dan komunikasi melalui jurnal-jurnal dan komunitas-komunitas spesialis. Di penghujung abad ini sudah merupakan hal yang biasa diselenggarakannya pertemuan-pertemuan internaisonal , baik mengenai ilmu-ilmu secara umum maupun mengenali displin-disiplin khusus.
a)      Perbedaan-perbedaan dalam Gaya Penlitian
Masih terlihat perbedaan-perbedaan mencolok di antara bangsa-bangsa terkemuka berkenaan dengan kenyataan-kenyataan dan gaya penelitian. Di Inggris, terlihat jelas tiadanya lembaga-lembaga yang memberi perkejaan kepada peneliti, sehingga tradisi gantlemen amateur berlangsung jauh lebih lama dari pada tempatlain. Hal ini menyebabkan ilmu Inggris lebih kurus dibanding Jerman, khususnya dalam bidang-bidang terapan seperti kimia. Di Jerman, ilmu-ilmu alam mempunyai andil dalam memunculkan sistem universitas yang standar dan bergengsi.
Dalam periode ini, ilmu Perancis merosot dari posisi sebelumnya sebagai pemimpin dalam periode Revolusioner danperiode Napoleon.Sepanjang abad ke-19 Amerika Serikat masih tetap mrupakan suatu koloni kultural Eropa, kecuali untuk batas tertentu di bidang-bidang ilmu. Hubungan ilmu dengan penerapan-penerapannya mempunyai perubahan bertahap yang sama, meskipun terdapat klaim-klaim yang bertentangan, transisi langsung dari proses-proses laboratorium menuju pabrik menjadi efekktif hanya menjelang akhir abad ke-19.
b)    kemajuan dalam Fisika
Selama abad ke-19, tiap cabang induk ilmu eksperimental menghasilkan kemajuan besar, yang bila ditinjau ke belakang pada keadaan awalnya, tampak merupakan tingkat permulaan. Fisika mencapai  penyatuan eksperimentasi yang ketat dengan teori matematik abstrak yang membawa pengetahuan yang tak terduga dalamnya serta kekuatan penerapan pengetahuan itu. Akar perkembangan ini terletak dalam karya fisikawan di bidang kekuatan rekayasa (power engineering) yang dipelopori oleh Sandi Carnot dari Perancis dan James Joule dari Inggris, dalam bidang-bidang eksperimental yang beraneka ragam dipelopori oleh Herman Helmhotz, dan dalam penelitian spektakulatif mencari agen tunggal perubahan fisika.Para fisikawan belakangan dengan tepat menyebut abad ke-19 sebagai abad klasik.
c)    Kemajuan dalam Kimia
Kimia memghabiskan beberapa dekade untuk merampungkan tugas heroiknya mengklasifikasikan substansi-substansi ke dalam unsur-unsur dan persenyawaan-persenyawaan.Akhirnya komposisi air diketahui sebagai H2O dan bukan HO. Setelah itu kimia dapat bergerak kea arah penyatuannya yang lebih dekat dengan fisika dan peningkatan kekuatannya dalam penerapan industri.
d)     Kemajuan dalam Biologi
Dalam biologi, pendekatan eksperimental pertama kali berhasil dikembangkan dalam fisiologi.Tema zaman ini ialah kemajuan, dan ilmu menerima kepercayaan karena banyaknya kemajuan nyata yang terjadi dan juga karena banyaknya kemjuan nayat yang terjadi dan juga karena menganut optimisme umum zaman itu.
2.       Awal abad ke-20
Pada masa ini, ilmu bersifat professional dalam organisasi sosialnya, reduksiois dalam gayanya dan positif dalam jiwanya.Gaya pekerjaan yang dominan dalam periode ini bersifat reduksionis.Penyelidikan-penyelidikan dipusatkan pada proses-proses murni, stabil dan dapat dikontrol secara buatan yang dapat terlaksana di laboratorium.Dan teori-teori yang digemari ialah yang mencakup penyebab-penyebab fisik, yang menggunakan argumen-argumen matematis yang berat.Hampir semua filsafat ilmu yang nyata bermodelkan pada fisika teoritis.
Prestasi-prestasi ilmiah diawal abad ke-20 terlalu besar bahkan untuk dikatalogkan.Ditiap bidang utama, kemajuan didasarkan pada karya deskriptif yang sangat berhasil dari abad ke-19.Dan bagian awal abad ke-20 menyaksikan penemuan efek-efek baru yang menyeluruh (sinar X, radioaktif), penetrasi ke dalam struktur materi (teori atomatik, isotop-isotop).
3.       Masalah-masalah dan Prospek-prospek
Dalam perspektif sejarah yang panjang ini, dapat dilihat bahwakesulitan-kesulitan moral, politik dan lingkugan yang dihadapi ilmu dan teknlogi masa kimi tidak seluruhnya baru.Dari sini diwarisi suatu ideologi ilmu murni, sebuah teknologi yang didalamya semua masalah dipecahkan dengan sangat berhasil, dan sebuah komunitas para sarjana yang terlindung.Pada masa kini, hubungan ilmu yang intim dengan industri, pertahanan, dan politik telah membuat cita-cita akan ilmu murni ketinggalan zaman dan telah menghadapkan masyarakat pada perlunya sutau konsepsi mengenai cara kerja dunia alamiah yang berbeda dari model reduksionis fisikawan.


FILSAFAT ILMU
I.                  PENDEKATAN UMUM PADA FILSAFAT ILMU

A.     Hakikat, Ruang Lingkup dan Hubungan-hubungan Topiknya
Sebagai suatu disiplin, filsafat ilmu pertama-tama berusaha menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penelitian ilmiah yaitu: prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola argument, metode penyajian dan perhitungan, praandaian-praandaian metafisik dan seterusnya.
Di sepanjang perkembangan filsafat, topik yang digeluti oleh mereka, (seandainya hidup sekarang akan disebut filsuf ilmu) terbagi atas dua jenis utama yaitu: ontologis atau ontal dan epistemologis atau epistemik.
Filsuf Amerika berkebangsaan Jerman di abad ke-20 telah mencari ke dalam filsafat untuk membuktikan bahwa bukan hanya penelitian-penelitian ilmiah yang dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat. Pada tingkat yang lebih umum dan abstrak, filsafat ilmu tak pernah dapat dipisahkan sama sekali dari matefisika dan epistemologi.
Penyelidikan masa kini pada filsafat ilmu tidak memuat upaya prasangka terhadap persoalan utama yakni apakah metode-metode analisis logis saja yang sah ataukah pada titik tertentu topiknya bertumpang-tindih secara sah dengan topik-topik yang berdektan dengan psikologi kognitif, sejarah ilmu, dan  epistemologi.
B.     Perkembangan Histroris Filsafat Ilmu
1.        Periode Klasik dan Abad Tengah:
Permulaan Filsafat Alam
Pada mulanya persoalan-persoalan ilmu adalah di seputar metode dan substansi yang tidak terpisahkan dari apa yang telah lama disebut sebagai filsafat alam. Pertanyaan-pertanyaan tentang alamdidiskusikan dalam Timaeus karya Plato dan Physics karya Aristoteles, misalnya, berciri tidak murni metafisik ataupun murni empiris walaupun keduanya mempunyai aspek metodologis yang mirip dengan filsafat ilmu modern.
Plato beragumen bahwa hanya entitas-entitas matematis yang mempunyai jenis intelligbilitas yang bersifat tetap, yang telah dituntut Parmenides dengan tepat pada unusr-unsur pokok terakhir (ultimate constituents) dalam ilmu alam rasional.Sedangkan dalam pandangan Aristoteles, entitas-entitas dan relasi-relasi matematis sangat umum dan sangat jauh dari pengalaman aktual untuk menjelaskan rincian-rincian kualitatif entitas-entitas empiris.Jadi unsur-unsur terakhir alam tentunya bukan bentuk-bentuk matematika yang sangat umum dan abstrak seperti yang dinyatakan Plato, melainkan lebih berupa entitas-entitas tertentu yang lebih spesifik, dapat dikenal dalam rangkaian pengalaman empiris yang lazim.Contoh dari esensi dasar seperti itu dapat ditemukan dengan mempelajari siklus hidup yang khas makhluk hidup yang berbeda-beda.
Pada puncak Abad Pertenghan, kemungkinan bagi manusia untuk membuat dirinya menjadi tuan intelektual alam, sebagian besar sudah ditinggalkan. Pengertian manusia masa kini tergantung kepada penerangan Allah.Jaminan pengetahuan ilmiah tidak terletak pada mutu metodologinya melainkan terletak pada berkat Allah.Dalam penafsiran ini, manusia tidak mempunyai jalur langsung untuk memasuki alam, satu-satunya jalan menuju pengetahuan adalah melalui pikiran ilahi.
C.     Abad ke-17 dan ke-18: Dari Manifesto Hingga Kritik
Antara tahun 1600 sampai 1800 perdebatan dalam filsafat ilmu hamper tak dapat dipisagkan dari perdebatan dalam ilmu itu sendiri. Sejak Bacon dan Galileo melalui Descrates dan Leibniz hingga Laplace dan Kant, semua peserta perdebatan filosofis memainkan peranan penting di pentas ilmiah.  Argumen-argumen Bacon dan Descrates benar-benar merupakan manifesto; keduanya menawarkan program-program intelektual bagi sebuah ilmu alam yang hendak dibangun, dan sementara ini memang benar bahwa selama 150 tahun kemudian, Galileo, Newton dan banyak ilmuwan lain benar-benar menyusun ilmu fisika baru yang dianjurkan oleh para filsuf.
Para ilmuwan abad ke-17 seperti Robert Boyle salah seorang pendiri kimia modern yang sungguh-sungguh mencoba menerapkan maksim-maksim Bacon, menemukan nasehatnya yang menjemukan malah menghalangi ketimbang membantu dalam merumuskan konsep-konsep teoritis yang menerangi.(Dengan agak kasar dikatakan, bahwa Bacon “bersifat seperti Tuan Perdana Menteri”). Disisi lain, walaupun Newton sangat dipengaruhi oleh contoh matematis Descrates, ia hanya mengikuti maksim-maksim metodologisnya pada satu poin saja.
Salah satu tujuan utama filsafat Kant yang disebut sebagai filsafat Kritis, dengan metodenya yang terkenal dengan sebutan metode transcendental, dimana pengetahuan mencerminkan strruktur kategoris pikiran, ialah memberikan pembenaran filosofis terhadap hasil-hasil Newton.
D.     Sampai Perang Dunia 1: Filsafat Fisika Klasik
Abad belakangan, dalam tahun 1800-an, para filsuf ilmu dengan cara yang berbeda-beda, seperti Ernst Mach, fenmenalis Auatria, dan Heinrich Hertzh, perintis teori gelombang elektromagnetik, keduanya melanjutkan persoalan-persoalan yang dibukakan oleh Kant, dan beberapa impilkasinya masih diteliti dalam tahun 1970-an,contohnya dalam psikologi kognitif.
Perdebadan dalam filsafat ilmu adalah abad ke-19 berpusat pada topik-topik pinggiran dan menghindari isu-isu yang dapat mempertanyakan kemapanan Euklides dan Newton. Pertengahan abad ke-19, Herman von Helmholtz, pelopor studi-studi ilmiah yang luas cakupannya, memulai penyelidikan-penyelidikan yang luar biasa ke dalam produkski pengalaman inderawi dan ide-ide manusia yang dilakukan dalam karya monumentalnya Handbuch der physiologischen Optik (1956-67); diterjemahkan  ke dalam bahasa inggris, Physilogical Optics (1921-25).
Pada sisi ekstrem, seoranng fisikawan dan filsuf Austria, Ernst Mach, dan Richard Avenarius, pengarang filsafat yang dikenal sebagai emprio-kritisme menjelaskan secara rinci bentuk sensasionalis Empirisisme yang mengingatkan kita pada David Hume, yang telah bersikeras bahwa semua ini dapat dilacak kepada “kesan-kesan” (sensasi-sensasi).
E.     Perdebatan Abad ke-20: Para Postivistis versus Sejarawan
Di pertengahan abad ke-10, perdebatan dalam filsafat ilmu menjadi semakin mendalam, rumit dan keritis, dalam kenyataannya selama 50 tahun, kita telah melihat topik itu akhirnya mendapat status sebagai suatu displin profesinal yang mantap.
Tema-tema utama perdebatan berikutnya sebagian besar diperkenlakan dalam diskusi periode sekitar tahun 1900. Mach mencoba mereduksi semua pengetahuan menjadi penyataan-pernyataan tentang sensasi-sensasi, sebagai sumber utama baik Potivisme dan empirisisme logis Lingkaran Wina-sekelompok filsuf dan ilmuwan terkemuka yang bertemu secara teratur di Wina selama tahun 1920-an dan 1930-an.
Oposisi yang paling kuat kepada aliran Empirisis atau Positivis telah muncul yang berasal dari aliran Neo-Kantian yang mempertanyakan persis pada kemungkinan mengidentifikasi kumpulan yang dibuthhkan untuk memperkuat atau tidak mempercayai teori-teori alternatif.
Selama periode yang sama ini, perubahan-perubahan luar biasa yang terjadi di dalam ilmu-ilmu seperti fisika teoritis, biokimia, dan psikologi telah merangsang diskusi-diskusi filosofis di kalangan para ilmuwan itu sendiri. Secara metodologis, sejak tahun 1940 satu pusat baru perdebatan filosofis telah berkembang, kini dalam ilmu-ilmu behavioral. Sedangkan pada tahun 1970-an para psikolog teoritis masih jauh dar sepakat dalam penjelasan-penjelasan merekamengenai perilaku manusia.

II.              KONSEPTUALISASI DAN METODOLOGI ILMU

Sekarang adalah saat yang tepat untuk mendefinisikan masalah-masalah yang selalu berulang.Pada abad ke-17 para filsuf menganalisis alam dan ruang lingkup penjelasannya yang mungkin secara matematis dan ekserimental, mereka membantu memperjelas dasar bagi Newton untuk mengembangkan program intelektual dan metodologi fisika teoretis modern. Klarifikasi metodologis dalam filsafat ilmu, telah berkali-kali membawa kemjauan kreatif pada ilmu itu sendiri sehingga pada gilirannya ,memunculkan pengalaman baru yang dapat dimanfaatkan para filsuf untuk memjukan analisis metodolgisnya.
A.     Unsur-unsur Usaha Ilmiah
Cukup mudah mendaftar unsur-unsur utama yang pasti memperoleh tempat didalam setiap fisafat ilmu, namun persoalan-persoalan muncul ketika memetakan hubungan-hubungan diantara mereka.

B.     Data Empiris dan Penafisran Teoritis
Tugas ilmiah adalah menjelaskan peristiwa-peristiwa, proses-proses atau fenomena aktual di alam dan tidak ada sistem ide-ide teoretis, istilah-istilah teknis, dan prosedur-prosedur matematis yang patut disebut ilmiah jika ia tidak bertarung dengan fakta-fakta empiris itu pada titik tertentu dan dengan cara tertentu membantu membuatnya lebih dapat dipahami.
1.      Prosedur-prosedur Emiris Ilmu
Pada level pengamatan empiris dan deskripsi, tiga topic itu dapat dibicarakan secara ringkas, semua ini didiskusikan lebih panjang dan lebar dalam artikel yang lain. Pertama, ada prosedur-prosedur pengukuran yang membawa para ilmuwan tiba pada perkiraan-perkiraan kuantitatif terhadap variabel-variabel dan kebesaran-kebesaran yang dipertimbangkan di dalam teori-teori mereka.
Kedua, terdapat prosedur-prosedur analitis statistic untuk rancangan eksperimen-eksperimen ilmiah. Teknik-teknik mattematis yang digunakan untuk tujuan ini, dalam kenyataannya, ialah yang berhubungan erat dengan teknik-teknin yang terlibat di dalam teori-teori pengukuran, kesalahan yang mungkin, signifikan statistik, dan yang lainnya.Akhirnya penanganan awal data empiris sang ilmuwan mengharuskannnya menggunakan prosedur-prosedur klasifikasi sistematik.
2.      Struktur-Struktur Formal Ilmu
Dibagian ini aspek-aspek ilmiah yang akan dibicarakan ialah aspek-aspek yang telah mendominasi perdebatan mutakhir di dalam filsafat ilmu, yakni struktur-struktur formal teori ilmiah dan proses perubahan konseptual. Pelaksanaan aktual program ini telah melibatkan penyelidikan-penyelidikan yang kompleks dan sangat teknis, selama itu kecerdikan yang hebat telah diperlihatkan.Pada titik perdebatan ini, pusat perhatian berganti dari masalah statis menganalisis suatu ilmu dalam menganalisis proses-proses dinamis perubahan intelektual dan konseptual.
3.      Perubahan Konseptual dan Perkembangan Ilmu
Masalah perkembangan konseptual dewasa ini kembali kepada inti. Persoalan penting yang diajukan ialah:”apakah konsep itu?” . Untuk menafsirkan sebuah konsep seperti tenaga yang mengacu baik kepada suatu perasaan atas usaha atau kepada citra mental, mereka berargumen hanya akan menyebabkan kebingungan.
Tugas filosofis yang utama sekarang ialah menganalisis dengan jelas dan eksplisit, (1) Standar-stadar yang dijadikan patokan oleh para ilmuwan untuk memutuskan apakah suatu penafsiran sah, benar, atau tidak dan mantap dengan meyakinkan dan (2) Pertimbangan-perttimbangan yang membenarkan pembuangan penafsiran yang telah diterima dewasa ini demi suatu penafiran alternatif yang baru.
Alternatif yang manapun diadopsi, satu poin harus dicamkan di dalam pikiran: pada saat masalah-masalah diseputar pengaturan teoretis ilmu yang sedang berubah mulai dilaksankan dalam suatu cara pengembangan yang autentik, penelitian-penelituian filosofis diberi suatu arah yang sama sekali baru.

C.     Gerakan-gerakan Pemikiran Ilmiah

1.      Penemuan dan Rasionalitas
Apakah prosedur-prosedur intelektual yang benar-benar dipakai para ilmuwan untuk menyelidiki dan menjelaskan fenomena alamiah membatas dan objektif sehinggapenggunaan mereka hati-hati, bijaksana, dan wajib secara rasional? Dalam menjawab petanyaan ini, opini filosofis cenderung mengutub pada tahun-tahun terakhir ini kearah dua poisis yang ekstrem: di satu sisi, ekstrem positivis atau formalis, di sisi lain, ekstrem romantik atau irrasional.
Dalam menganalisis mikrostruktur pemecahan masalah ilmiah, perlulah menolak setiap godaan untuk menggeneralisasi secara terburu-terburu. Oleh karena itu, orang harus mulai dengan mempelajari kebutuhan-kebutuhan dan tugas-tugas spesifik masing-masing ilmu tertentu, pada tahap yang satu dan tahap yang lain dalam evolusinya, secara terpisah mencoba mengenali,ndalam tiap kasus indivudualnya, tuntutan-tuntuan intelektual yang khusus dipertemukan denga konsep baru atau teori apa pun, jika ia ingin berhasil.
2.      Pengesahan dan Pembenaran
Dari tahun 1920 sampai seterushnya, perdebatan dalam filsafat ilmu sangat terfokus pada dua posisi yang bertentangan secara tajam, jika ditinjau ke belakang keduanya tampak terlalu sempit.Di satu sisi, para filsuf Empirisis membuktikan suatu pandangan yang memprediksi tes yang sagat penting bagi kesahihan ilmiah; disisi lain, para filsuf yang berwatak lebih Rasionalis melihat koherensi dan ruang lingkup sebagai persyaratan-pesyratan yang lebih penting.
Proses pengesahan melibatkan dua langkah yang esensial (1) Langkah formal yang menyimpulkan prediksi-prediksi baru dari teori tersebut dan (2) Langkah empiris yang yang membandingkan prediksi-prediksi tersebut dengan fakta-fakta sehingga memperlihatkan keberan teori tersebuut atau membuktikan keliruannya.
Dalam pemeriksaan yang lebih dekat, kedua langkah dalam prosedur Empirisis yang diterima menghadapi kesulitan-kesulitan yang serius, mengenai langkah (1) Mendeduksi prediksi-prediksi fackual tertentu langsung dari hipotesa-hipotesa teoretis (2) Pembenturan empiris teori-teori dengan fakta-fakta memunculkan deretan pilihan yang lebih kompleks daripada yang disiratkan oleh penjelasan Empiris.
3.      Penyatuan, Pluralisme, dan Reduksionisme
Sebagai ilustrasi yang penting mengenai tarik menarik diantara isu-isu pragmatis dam logis di dalam filsafat ilmu, dapat disebytkan gerakan Penyatuan Ilmu. Tuntutan pada penggabungan atau penyatuan dianggap sebagai masalah praktis metodologi, maka akan ditemukan bahwa para ilmuwan sedang menghadapi masalah-masalah dari jenis yang lebih pragmatis dan berbeda.
Penyatuan konseptual dan metodlogis menyajikan suatu gerakan sejati dalam perkembangan pemikiran ilmiah; namun bentuk logis ilmu terpadu yang dituju para filsuf bukanlah sesuatu yang dapat diletakannya secara definitf sebelum zamannya tiba.







III.          ISU-ISU YANG LEBIH DALAM DAN LEBIH LUAS YANG MELIBATKAN ILMU


A.     Status Filosofis Teori Ilmiah

1.        Status Proposisi dan Konsep-konsep atau Entitas-entitas Ilmiah
Bagian artikel ini yang berjudul Konseptualisasi dan Metodologi Ilmu mengkaji, pertama-tama, bahan-bahan material (unsur-unsur) yang dipakai para ilmuwan dalam mengembangkan teori-teori meteka tentang cara kerja dunia alamiah, dan kedua, langkah-langkah intelektual (gerakan-gerakan) yang membawa mereka sampai kepada pemahaman ilmiah akan alam.
Pada kutub ekstren lawannnya, terdapat posisi konvesnsionalis yang ketat, yang menaknkan peran konstruktif artikulasi teori sang ilmuwan itu sendiri dan menekankan keharusan loguis untuk mengembangkan struktur konseptual yang dihasilkan.
Istilah-istilah dan konsep-konsep ilmu tersebut semuanya dimengerti sebagai prosuk dari begitu banyaknya operasi logis, atau semantik atau konstruksi yang nyata disishkan sebagai takhayul-takhayul metafisik yang membahayakan.
2.        Analisis Filosofis dan Praktek Ilmiah
Perdebatan filosofis tentang ilmu telah dilaksanakan dalam bentuk-bentuk yang spesifik lainnya. Persis seperti dalam filsafat alam Aristoteles, kontroversi metafisik tentang ide-ide dan esensi-esensi tercermin dalam pendekatan metodologis Aristoteles sendiri kepada biologi dan kepada studi hubungan-hubungan alamiah dan klasifikasi-klasifikasi organisme-organisme, maka ketkika abad ke -20 mempertimbangkan kembali taksonomi tradisional, dalam kerangka teori evolusi, genetika dan dinamika populasi menjadi sutua kesempatan untuk memperbaharui perdebatan filosoifs.
Pada titik ini aliansi diantara ilmu dan filsafat hanya memindahkan ke dalam bidang-bidang ilmu yang merupakan wilayah-wilayah kebingungan metodologis masa kini, interaksi-interaksi yang sama, yang subur pada abad-abad terdahulu, dimana ilmu mempunyai metode-metode yang sekarang dimengerti dengan baik.
Sekarang ini, filsuf harus melihat pada posisi-posisi saingannya di dalam filsafat ilmu, bukan sekedar jawaban-jawaban kontradiktoris kepada pertanyaan-pertanyaan teknis di dalamfisafat itu sendiri.Melainkan sama-sama sebagai kontribusi-kontribusi pelengkap bagi kemajuan metodlogis pemahaman teoretis kepada seluruh wiayah yang bermaca,-macam dari bidang-bidang ilmiah yang berbeda.

B.   Hubungan antara Ilmu dan Budaya

Survei ini, hamper secara eksklusif telah membicarakan masalah-masalah filosofis dan argument-argumen tentang ilmu-ilmu yang dipandang sebagai sumber-sumber pengetahuan teoretis.
Apapun posisi filosofis umum seseorang dengan realitas pengetahuan dan entitas-entitas dan pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih praktis untuk dihadapi, pertanyaan-pertanyaan tentang implikasi-implikasi spesifik ide-ide dan kepercayaan-kepercayaan ilmiah yang berbeda untuk bidang-bidang tindakan dan pengalaman manusia yang serupa.


0 comments: