SINOPSIS FILSAFAT ILMU SEJARAH DAN
RUANG LINGKUP BAHASAN

Disusun Oleh : Ihdi Syahputra Ritonga
PROGRAM
STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN
TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Dosen pembimbing : Drs. Ibnu
Qoyim, M.Si
SEJARAH ILMU
I. ILMU DALAM PERADABAN ZAMAN KUNO DAN ABAD TENGAH
1.
Ilmu dalam
Peradaban Yunani
Kemunculan science
Eropa dianggap bermula dari para filsuf Negara-negara kota Yunani yang mendiami
pantai dan pulau-pulau Mediterranian Timur, di akhir abad ke-6 dan ke-5 SM.
Karya mereka hanya dikenal melalui cuplikan-cuplikan, rujukan-rujukan, kutipan-kutipan
singkat yang dibuat oleh para pengarang yang hidup belakangan. Dengan
menyeleksi cuplikan-cuplikan itu para pengarang dapat menjadikannya tampak
lebih rasional dan lebih ilmiah dari pada hanya sekedar pembenaran.
Dapat
dipercaya bawa para filsuf Yunani Kuno lebih berminat pada penjelasan tentang
fenomena dunia pencerapan inderawi (perceptual
world) daripada mengajukan resep-resep praktis.Para filsuf Yunani justru
menjadi perintis sikap ilmiah Eropa modern
.Satu tradisi yang sangat penting terjadi, yakni aliran Pythagorean secara eksplisit menjadi bersifat religious.Pendiri aliran ini, berusaha menemukan kunci bagi harmoni universal, baik yang bersifat alamiah maupun sosial, dan personalitas bilangan, yang dilihat sebagai susunan titik-titik yang terbentuk adalah bukti yang penting. Filsuf Eleatis yang muncul agak belakangan, Zeno dan Parmenides, menggunakan suatu analisis konseptual yang canggih untuk menyokong posisi filosofis yang menyatakan kesatuan eksistensi yang tak berubah.
.Satu tradisi yang sangat penting terjadi, yakni aliran Pythagorean secara eksplisit menjadi bersifat religious.Pendiri aliran ini, berusaha menemukan kunci bagi harmoni universal, baik yang bersifat alamiah maupun sosial, dan personalitas bilangan, yang dilihat sebagai susunan titik-titik yang terbentuk adalah bukti yang penting. Filsuf Eleatis yang muncul agak belakangan, Zeno dan Parmenides, menggunakan suatu analisis konseptual yang canggih untuk menyokong posisi filosofis yang menyatakan kesatuan eksistensi yang tak berubah.
Plato
yang hidup diawal abad ke-4 SM adalah seorang filsuf earliest(paling
awal/paling tua) yang tulisan-tulisannya masih ada.Ia merupakan seorang
propagandis matematika yang sangat berpengaruh. Aristoteles, yang juga hidup
diabad ke-4 SM adalah seorang filsuf dunia yang terkemuka dan
terbesar.Minat-minatnya terentang luas meliputi seluruh bidang alamiah dan
manusia, termmasuk etika dan metafisika.Aristoteles, memulai karirnya sebagai
murid Plato tetapi pada akhirnya ia tidak setuju dengan gurunya mengenai soal-soal
mendasar. Khusunya, ia menganggap matematika sebagai suatu abstraksi dari
kenyataan alamiah. Baginya alamiah adalah suatu sistem hidup yang kompleks dan
swakelola (self-regu-lation).Sesungguhnya,
seluruh filsafat alam berikut-berikutnya merupakan sebuah dialog antara Plato
dan Aristoteles, karena merekalah maka persoalan-persoalan filosofis yang
paling mendalam dihubungkan kepada kehidupan.
Selama
beberapa tahun Aristoteles menjadi guru pribadi pangeran yang kemudianmenjadi
Alexander Agung (Kaisar Yunani) yang mana pada masanya mengantarkan Yunani
mengalami perkembangan Budaya yang sangat pesat. Kota-kota besar menjadi tempat
persaingan para sarjana dan teks-teks klasik, dan beberapa diantara mereka
mendirikan pusat-pusat belajar seperti Museum yang tedapat di kota terencana
Alexandria.
Pada
zaman Helenistik ini (±323-40 SM) tidak mencapai keberhasilan puncak
sebagaimana para genius zaman terdahulu, namun zaman ini menghasilkan beberapa
matematikawan yang besar(Euklides, Archimedes, dan Apollonius) dan para astronom(Hipparkhus). Studi-studi di
bidang kedokteran dan fisiologi juga berkembang, dan selama periode ini,
alkimia Eropa yang berasal dari alkimia yang di kembangkan oleh alkemisi Mesir,
mencoba merasionalisasi perubahan kimiawi dengan teori-teori Aristoteles.
2.
Ilmu dalam
Pearadaban Romawi
Menjelang
berakhirnya periode pra-Kristen, kekaisaran Romawai mencapai dominasi atas
seluruh dunia Mediterania.Peradaban ini begitu canggih dan nyata-nyata modern
dalam politik dan personalitasnya, begitu gemar mempelajari dispilin hukum,
sangat progresif dalam teknologi-teknologi perang negara dan kesehatan publik,
dengan akses langsung kepada kumpulan karya-karya ilmu Yunani, namun gagal
menghasilkan ilmuwan seorang pun.
Di
satu sisi, orang Romawi sendiri menganggap ilmu sebagai hal yang cocok hanya
untuk spekulasi yang bersifat sementara(casual
speculation). Di sisi lain, ilmu dianggap cocok hanya untuk teknik-teknik
praktis.
Ada
dua aliraan terkemuka pada masa Romawi, yaitu Stoisme dan Epikureanisme dan amant
yang ditawarkan keduanya untuk menjadi manusia bijaksana, yaitu mengagungkan
pengunduran diri (resignation) dan
mengajarkan kebahagian. Walaupun demikian aliran yang belakangan mampu
menghasilkan sebuah maha karya ilmu yang spekulatif,De rerum natura (Tentang Hakekat Benda-benda), karya Lukretius.
Para
sejarawan berspekulasi tentang penyebab kegagalan orang Romawai di bidang
pengembangan ilmu.Struktur sosial bangsa Romawiyang berkombinasi dengan
kelekatannya yang lama terhadap bentuk-bentuk magis, tidak memberikan tempat
bagi penghargaan atas komitmen istimewa untuk jalan yang sulit dan berbahaya
dalam mencapai pengetahuan dan kebijaksanaan.
3.
Ilmu di Abad
Pertengahan
Peradaban
Yunani-Romawai mencapai penggenapan siklusnya pada sekitar tahun 1000. Setengah
abad berikutnya di Eropa sering disebut Abad Gelap. Di Eropa Barat yang
diperintah bangsa Roma, kebudayaan melek huruf hidup terus hanya di
biara-biara. Usaha-usaha menghidupkan kembali keilmuan hanya sesekali dilakukan
oleh raja-raja besar seperti Alfred dan Charlemagne. Sebaliknya, dalam kerajaan
Timur yang diperintah oleh Constantinopel, berlangsung suatu masyarakat yang
beradab, walaupun dalam segenap sejarahnya selama 1000 tahun Byzantium hanya
sedikit menghasilkan ilmuwan yang patut dicatat.
Sebagai
masyarakat yang baru, suatu bentuk masyarakat yang lebih biadab sedang
terbentuk di Barat. Di awal abad ke-11 sebagian besar orang terpelajar mengenal
dan memahami ilmu kuno dalam cuplikan-cuplikan yang segilintir dan
tercabik-cabik, namun setelah itu terjadi kemajuan pesat. Pada abad ke-12
dialami suatu renaissance yang sebagian di sebabkan oleh pergaulan dengan
peradaban Islam yang lebih tinggi yang terdapat di Spanyol dan Palestina dan
sebagian lagi disebabkan perkembangan berbagai kota dengan kelas atasnya yang
melek huruf. Dari periode ini muncullah karangan-karangan spekulatif perdana
tentang filsafat alamiah. Abad ke-13 menyaksikan berdirinya
universitas-universitas dan zaman kebesaran pengentahuan skolastik.
Pada
tahun 1350-an Eropa dilanda oleh bencana ekonomi dan sosial dalam bentuk
keruntuhan finansial dan Maut Hitam (penyakit pes). Pendapat-perndapat mengenai
ilmu di abad tengan simpang-siur. Para sejarawan terdahulu memandang ilmu
dizaman itu, belum terbebaskan dari beban dogmatismedan takhayul, sementara
sejarawan lainnya mencoba menunjukkan bahwa banyak fakta dan prinsip pokok ilmu
modern ditemukan pada waktu itu. Persoalan makin jelas ketika disadari bahwa
orang terpelajar pada zaman itu tidak semuanya mencoba melaksanakan pemilitian
ilmiah seperti yang dipahami sekarang.
Demikianlah
di Eropa dalam periode pertumbuhan yang melahirkan peradaban sekarang ini, ada
sesuatu yang dapat disebut ilmu tetapi membutuhkan imajinasi antropologis untuk
memahaminya.
II.
ILMU
DALAM PERADABAN-PERADABAN LAIN
1.
Islam
Kebudayaan
Islam paling relevan bagi ilmu Eropa.Bukan sekedar karena dekatnya hubungan
antara Islam dangan Judaisme dan Kekristenan, melainkan juga karena adanya
kontak kultural yang aktif antara negeri-negeri berbahasa Arab dengan Eropa
Latin pada masa-masa yang menentukan. Ironisnya, zaman kebesaran Islam
bersamaan waktunya denga titik nadir kebudayaan di Eropa Barat.
Penaklukan-penaklukan yang dilakukan oleh pengkikut sang Nabi yang dimulai
sejak abad ke-17 hingga abad ke-10 telah membuat bahasa Arab menjadi bhasa kaum
terpelajar bagi bangsa-bangsa yang terentang mulai dari Persia hingga Spanyol.
Bangsa
Muslim juga toleran terhadap keyiknan-keyakinan monoteis lainnya, sehingga
orang-orang Yahudi mendapatkan posisi yang tinggi di negeri-negeri Islam pada saat
mereka hampir tidak diizinkan hidup di Eropa. Tokoh-tokoh terbesar saat itu
dapat membentuk kemajuan-kemajuan kreatif, tetapi jarang sekali ada kerja sama
para sarjana yang dibutuhkan untuk membuat orang awam menjadi efektif.
Kontak
antara Islam dan Eropa Latin sebagian besar berlangsung melalui Spanyol, dimana
orang-orang Kristen dan Yahudi dapat bertindak sebagai perantara dan
penerjamah. Abad ke-12 menunjukkan adanya suatu program penerjemahan
besar-besaran karya-karya berbahasa Arab ke dalam bahasa Latin, mula-mula di
bidang Astrologi, dan magis, kemudian di bidang kedokteran dan akhirnya di
bidang filsafat dan ilmu.
2.
India
Peradaban India yang tertua
sampai sekarang masih hidup.Peradaban itu telah mencapai tingkat teknologi yang
sejak tahap awalnya.Kontak Eropa dengan peradaban India sebagian besar
berlangsung melalui sumber-sumber berbahsa Arab, dan penelitian hitoris belum
cukup maju untuk dapat penilitian historis belum cukup maju untuk dapat
membedakan prioritas-prioritas dan jalur-jalur penyebarannya.
Terlihat
bahawa matematika India, dengan sistem bilangan dan perhitungannya yang telah
berkembang cukup tinggi, mempengaruhi aljabar Arab, juga melengkapi angka-angka
utama Arab (yakni, sembilan digit dan satu angka nol dalam suatu
sistemnilai-tempat).Ciri khas ilmu dalam peradaban ini berkenaan dengan
kesadaran yang lebih tinggi (higher consciousness), dan dalam soal ini
pemikiran Eropa sangat kurang, namun hanya kadang-kadang saja disadari adanya
kekurangan itu. Oleh karena itu, prestasi-prestasi Eropa dan India tak dapat
dibandingkan secara ketat melainkan harus dianggap sebagai saling melengkapi
satu sama lain.
3.
China dan Jepang
Cina memunculkan tantangan yang lebih besar
kepada sejarawan ilmu Eropa, Basis pengetahuan umumnya ialah keduniaan, meskipun
lebih didasarkan pada harmoni antara pribadi ketimbang keteraturan-keteraturan
asbtrak.Hubungan antara Cina dan Eropa bersifat tak langsung dan terbatas pada
perdagangn barang-barang antik.
Pada
zaman Renaissans teknologi Cina lebih maju dari Eropa.Sejarawan ilmu Inggris,
Joseph Needham, telah menunjukkan pola-pola penyampaian serangkaian
penemuan-penemuan penting dari Cina bagian barat.Ketiga penemuan besar itu
adalah kompas magnetis, serbuk mesiu, dan mesin cetak.Eropa tak pernah
menyadari hutang budinya kepada Cina, sementara itu, yang lebih penting, bangsa
Cinta tak pernah mencapai perkembangan hingga menjadi ilmu modern dalam jenis
yang dicapai bangsa Eropa.
Ciri
khas Renaissans masyarakat Eropa yang memaksa seni-seni praktis melaju ke
depan, tak pernah terjadi di Cina. Filsafat alam Cina juga didasarkan pada
anologi anologi organis dan hubungan-hubungan harmoni.Filsafat itu tidak pernah
dapat mengakomodasi gambaran materi mati yang bergerak sesuai dengan
hukum-hukum matematis, yang itu merupakan fondasi bagi ilmu Galilean.Matematika
bangsa Cina terdiri dari aturan-aturan perhitungan, dan meskipun sangat
canggih, matematika ini hanya dapat diterapkan kepada perhitungan-perhitungan
terperinci yang telah di rancang.
Akhirnya, terdapat kasus Jepang yang
mempesona.Selama beberapa abad jepang merupakan jajahan kultural Cina.Jepang
mengalami penyingkapan singkat dalam ilmu dan agama Barat sebelum para
penguasanya di penghujung abad ke-17 memutuskan untuk menutup pintu pada
pengaruh-pengaruh yang dianggap membahayakan.
Dipenghujung
abad ke-19, bangsa Jepang memutuskan berasimilasi dengan dunia luar dan
kemudian melaksanakannya dengan sungguh-sungguh.Agama asli cukup samar-samar
sehingga bias mengakomodasi setiap pernyataan ilmu Barat. Para ilmuwan Jepang,
para teknisi dan orang-orang
awam masa kini memutuskan untuk menjalani hidup dalam dua sisi sebagian dalam
dunia yang hiper-modern dan sebagian lagi masih alam salah satu tradisi social
kuno yang ketat.
III.
PENCIPTAAN
ILMU EROPA
Ilmu
adalah cinptaan bangsa Eropa.Meskipun peradaban-peradaban lain memberikan
berbagai kontribusi yang penting kepadanya, walaupun di masa kini semua bangsa
berpartisipasi dalam penelitian, ilmu alam secara khas adalah ciptaan Eropa dan
koloni-koloni kulturalnya. Ilmu adalah bagian penting dari proses pencapaian
dominasi atas bangsa yang emah dan hingga kini masih merupakan ujung kebiadaban
dunia. Pencipataan ilmu Eropa mempunyai dua fase pertama, perkembangan teknis
diabad ke-16 dan kedua, revolusi filosofis di abad ke-17.Sejak itu munculah
gagasan ilmu yang berlaku hingga saat ini.
1.
Kelahiran Kembali
Ilmu di Zaman Renesans
Kata
ilmu dan nenek moyangnya Yunani dan Latin adalah suatu hal yang sudah tua,
dengan arti-artinya yang terus menerus berubah.Pada periode masa itu yang
dimaksud dengan kata ilmu terbatas pada bidang-bidang yang memberikan
pengetahuan mengenai teknologi dan filsafat istilah lainnya adalah seni atau
teknik.Seni itu ialah bahasa, logika, matematika, dan kaum terpelajar atau para
pejabat mempelajari kedokteran dan hukum.
Tahun
1413 merupakan saat permulaan bagi ekspansi Eropa, saat pertama kali bangsa
Eropa umumnya suram universitas-universitas runtuh, gereja terpecah-pecah, dan
perekonomian masih menderita akibat pengaruh-pengaruh Maut Hitam. Asal-usul
kelahiran kembali ilmu dapat dilokasikan pada tiga pusat.Asal usul pertama dan
yang terakhir ialah hal yang disebut engan penemuan manusia dan alam, sebuah
produk Renesans yang artistic pada abad ke-15 di Italia. Di penghujung abad
ke-15 setiap kota besar mempunyai penerbitsn sendiri, dan tersedianya buku-buku
dengan harga murah menyebabkan terjadinya transformasi di bidang pembelajaran
dan kebudayaan.
Buku
yang dicetak pada abad ke-16 memberikan suatu sumber bukti yang layak untuk
suatu bangunan ilmu.Pada permulaan abad ini pengetahuan masih belum berkembang
dan sangat tergantung kepada ringkasan-ringkasan kacau dari zaman kuno dan
sumber-sumber berbahasa Arab.Menjelang pertengan peradaban ini muncul berbagai
karya yang mengungguli orang-orang terbaik dari pada pendahulunya. Selama abad
ini, Reformasi Protestan meletuskan serangkain peperangan yang membuat para perwira
perang memerlukan keahlianbmatematis tertentu yang baru, yang berkaitan dengan
pembuatan benteng dan keahlian membuat atau menembakkan meriam, yang juga
memunculkan kelas-kelas baru para praktisi seperti ahli-ahli bedah militer dan
para teknisi.Menjelang berakhirnya abad iniseni matematis terapan menjadi
bagian pendidikan yang standar bagi seorang pria terhormat di Benua Eropa.
2.
Revolusi dalam
Filsafat Alam
Pada
abad ke-17 terjadi perumusankembali yang radikal terhadap objek-objek,
metode-metode dan fungsi-fungsi pengetahuan alamiah.Objek-objek barunya ialah
fenomena yang teratur di dunia tanpa sifat-sifat manusiawi dan
spiritual,metode-metode barunya merupakan penelitian yang berdisplin dan
koperatif, dan fungsi-fungsi barunya berupa gabungan dari pengetahuan ilmiah
dan kekuasaan industrial.Target utama serangan para revolusioner ialah
pendidikan tradisional yang lebih tinggi yang disebut Skolastik. Skolastisisme
mengasumsikan sebuah dunia yang hidup, yang diciptakan dan dijaga oleh Allah
benar-benar hanya demi kebaikan manusia, dan studi mengenai dunia sebagian
besar diselesaikan dengan mengutip otoritas-otoritas, biak yang bersifat
filosofis maupun dari sumber-sumber kitab suci. Fungsi pengetahuan ini untuk
merasionalisasi pengalaman inderawi dalam harmoninya dengan agama wahyu.
Para
nabi tokoh-tokoh revolusioner abad ke-17 abad ini ialah Francis Bacon di
Inggris, lahir 1567, dan Galileo Galilei di Italia, lahir tahun
1564.Masing-masing bertekad melakukan suatu misi besar disamping fakta-fakta
dan teori-teori khusus, dan masing-masing dalam caranya sendiri merasakan
kekalahan yang tragis. Kontribusi Bacon bagi ilmu memang tidak terlihat, namun
ia memberikan suatu cita-cita yang mengilhami dan juga
pertimbangan-pertimbangan yang cerdas mengenai aktivitas sosial ilmu. Sedangkan
kerja keras Galileo yang sangat luas bagi Kopernikus hanya mempunyai pengaruh
kecil yang tak langsung, dan itu merupakan sebuah campuran namun dengan
mekaniknya ia membawa kejelasan relatif kepada ilmu gerak dan meletakkan
fondasi-fondasi yang kokoh bagi karya masa depan.
Berkenaan
dengan susunan dan cara kerja dunia alamiah, Para filsuf baru(kecuali Bacon)
mengasumsikan bahwa semua fenomerna inderawi merupakan hasil interaksi
partikel-partikel materi yang kecil. Partikel-partikel ini tidak mempunyai
inteligensi ataupun tujuan, sehingga paradigma reaksi ialah pertabrakan
bola-bola.Dalam beberapa bidang filsafat baru tersebut cocok dengan kemajuan
yang dicapai pada tahap itu, dan bidang-bidang itu mengalami transformasi,
seperti kosmologi, mekanika dan pneumatika.
Karir
Isaac Newton dioenghujung abad ke-17 melukiskan berbagai keruwetan yang masih
berlangsung, meskipun revolusi ilmu telah berhasil gemilang.Newton adalah salah
seorang ilmuwan terbesar dan seorang matematikus terkemuka di sepanjang zaman.
Ia menyatukan langit dan bumi dalam satu hukum daya tarik yang tak berpribadi,
hukum gravitasi, dan juga membawa suatu ketaatan logis yang baru kepada metode-metode penyelidikan kuantitatif
eksperimental. Newton sendiri menghidupkan kembali perkumpulan ini mulai dari
tahun 1704 sehingga menjadi sebuah perkumpulan orang-orang terhormat yang
menikmati kesempatan mendengarkan eksperimen dan koleksi.
Awal
abad ke-18 adalah masa yang gemilang.Eropa sembuh dari kekalutan selama dua
abad sebelumnya.Segelintir matematikus besar (keluarga Bernoulli dan Leonhar
Euler) mengembangkan kalkulus differensial dan integral yang ditemukan oleh
seorang filsuf-Jerman Gottfried Leibniz menuju bentuk yang diajarkan sekarang
ini.
Meskipun
prestasi-prestasi ini bukan kemajuan besar, namun dengan kokoh menetapkan suatu
gaya tertentu ilmu yang dibela oleh para nabi filsafat yang baru, walaupun
tentunya tanpa inspirasi revolusionernya.
3.
Hakikat Ilmu Eropa
Karakter
khusus ilmu Eropa dapat dijelaskanmelalui keadaan-keadaan ketika para ilmuwan
menggarap bahan-bahan yang diwarisi selama dua fase berturut-turut. Hal itu
mencakup prinsip dasar pengenalandunia alamiah melalui argumendemonstrastif,
prinsip yang pertama kali di capai dalam kebudayaan Yunani, kemudian di pungut oleh
peradaban Islam namun bukan yang lain.Ciri-ciri khas masyarakat Eropa pada
zaman itu memungkinkannya membuat kemajuan pesat luar biasa, kendatipun
masyarakat masih sebagian besar agraris, tidak demokratis, dan terstratifikasi
oleh posisi sosial yang diwariskan.
Dalam
masyarakat Eropa yang relatif berubah-ubah, setiap individu terdorong untuk
melakukan inovasi sebab dengannya mereka dapat memajukan diri sendiri.Di akhir
abad ke-16 ilmu Eropa mengungguli sumber-sumber dan saingan-saingannya, namun
hasil-hasilnya masih belum berbeda secara kualitatif dari mereka.Sampai
kemudian datanglah revolusi dalam filsafat yang mengubah bentuk ilmu Eropa
menjadi sesuatu yang unik.Penemuan paling penting ialah gaya baru
aktivitas sosial penelitian, dimana
kerahasian dan kekejaman persaingan yang menjadi ciri para penemu pribadi
dikendalikan dan ditertibkan oleh tekad untuk bekerja secara bersama-sama demi
kebaikan umum.
Keberhasilan
filsafat baru terbukti nyata menjelang berakhirnya abad ke-17 dan kendatipun
langkah kemjuan mengendur selama abad sesudahnya, namun prestasi-prestasi zaman
sebelumnya di bidang pengetahuan dan metode tak pernah hilang lagi.Ilmu-ilmu
gabungan kimiawi dan ilmu sosial pada akhirnya dapat membuat kemjuan-kemajuan
pada abad ke-19 dengan hanya berdasarkan konsepsi reduksionis atas dunia
alamiah.
Ringkasnya
ilmu Eropa berhutang budi pada keberhasilan-keberhasilan masa lampau dan
karakter khusunya yang mempunyai andil pada metafisika dan metode-metodenya,
ciri ciri dasar masyarakat Eropa adalah individualismeagresif yang di tempa
oleh suatu prinsip bekerja sama untuk kemaslahatan umum.
IV.
ILMU
DI ZAMAN REVOLUSI MODERN
Menjelang
abad ke-18, mulailah revolusi industri yang mentransformasikan Eropa dari
masyarakat agraris menjadi masyarakat perkotaan.Pada awal periode ini merupakan
aktivitas yang dilakukan dalam skala yang sangat kecil, kebanyakan diupayakan
oleh para gentleman yang kaya atau oleh para professional terlatih, seperti
fisikawan dan para insinyur.Pada masa ini fondasi-fondasi sosial dan kelembagaan
menantikan matangnya ilmu di abad ke-19 muncullah reaksi romantik dalam
kesusateraan dan seni yang mempunyai peran penting dalam ilmu sendiri.
1.
Ilmu Selamat Revolusi Industri
Dalam
transofrmasi industri Eropa yang bertahap namun mendalam, sumbangan langsung
ilmu, pada mulanya kecil.Kebanyakan kemajuan awal berasal dari rasionalisasi
teknik-teknik kerajinan dan penemuan-penemuan mesih sedrahana untuk
menggantikan penggarapan-penggarapan manual.Sumbangan Revolusi Industri kepada
ilmu, pertama-tama tidak langsung. Dalam rangkaian indutsrialisasi
daerah-daerah Inggris (Lowlands Scotland, Midlands dan Cornwall),
dikembangkanlah suatu pertemuan resmi untuk hasil-hasil ilmiah. Di bagian Eropa
continental, monarki-monarki yang lebih maju mendirikan perguruan-perguruan
tinggi teknik baik industry, baik industri, sipil ataupun militer.
2.
Asal-Usul Intelektual Revolusi
Permulaan
yang agak lebih awal dari Revolusi Industri adalah sebuah gerakan yang berpusat
di Perancis, yang pertama kali membawa ilmu memasuki bidang politik.Gerakan ini
dinamai Pencerahan (enllightenment)
Programnya berjuang menentang dogma gereja dan takhayul popular.Senjata
utamanya ialah fakra-fakta ilmu dan metode-metode rasional.Filsafat-filsafat
beroperasi dilingkungan elit para cendikiawan Paris dan mendorong khalayak
pembaca yang makin meningkat untuk buku-buku ilmu popular.
3.
Pengaturan Ilmu dalam Revolusi Perancis
Ilmu
alam mempunyai peran yang signifikan pada saat Revolusi Perancis.Pencerahan
para pelaku revolusi mewarisi keyakinan bahwa ilmu dan metode-metodenya
mengijinkan para ilmuwan terbesar mencurahkan perhatiannya untuk mengorganisir
industri senjata demi memperetahankan republik pada saat dibutuhkan.Selama dan
sesudah revolusi tampak suatu sistem pendidikan yang disokong oleh Negara seperti
pemberian beasiswa kepada siswa-siswi berbakat.
Gaya
dominan ilmu di zaman revolusi ialah matematis.Dalam penerapannya,
metode-metode yang digunakan berupa rasinalisasi.Hasil yang masih ada sampai
sekarang ialah sistem pengukuran yang runtut.Pada masa revolusi, Perancis sudah
mempunyai para matematikus yang termasyur yang tetap mempertahankan mutunya
yang tinggi.Pada puncak revolusi muncul gerakan balik dalam ilmu yang
menyalahkan pendekatan matematis karena bersifat steril dan elitis, bertolak
dari insipirasi yang berasal dari ide-ide demokratik dan romantik.
4.
Reaksi Romantik dan Ilmu
Di
Inggris, pengaruh-pengaruh Naturphilosophie sebagian besar terlihat dengan
jelas pada penyair-penyair Romantik. Prestasi-prestasi ilmiah para penyokong Naturphilosophie
yang masih ada sampai sekarang hanya sedikit.
V.
ZAMAN
MATANGNYA ILMU-ILMU
1.
Ilmu abad ke-19
Abad
ke-19 tampak sebagai abad gemilang.Ilmu meluas menjadi bidang-bidang penelitian
baru dengan sangat berhasil.Hal ini didukung oleh,berdirinya universitas-uuniversitas
baru dan yang telah diperbaharui yang menyokong dilakukannya penelitian,
pengajaran dan komunikasi melalui jurnal-jurnal dan komunitas-komunitas
spesialis. Di penghujung abad ini sudah merupakan hal yang biasa
diselenggarakannya pertemuan-pertemuan internaisonal , baik mengenai ilmu-ilmu
secara umum maupun mengenali displin-disiplin khusus.
a) Perbedaan-perbedaan
dalam Gaya Penlitian
Masih
terlihat perbedaan-perbedaan mencolok di antara bangsa-bangsa terkemuka
berkenaan dengan kenyataan-kenyataan dan gaya penelitian. Di Inggris, terlihat
jelas tiadanya lembaga-lembaga yang memberi perkejaan kepada peneliti, sehingga
tradisi gantlemen amateur berlangsung jauh lebih lama dari pada tempatlain. Hal
ini menyebabkan ilmu Inggris lebih kurus dibanding Jerman, khususnya dalam
bidang-bidang terapan seperti kimia. Di Jerman, ilmu-ilmu alam mempunyai andil
dalam memunculkan sistem universitas yang standar dan bergengsi.
Dalam
periode ini, ilmu Perancis merosot dari posisi sebelumnya sebagai pemimpin
dalam periode Revolusioner danperiode Napoleon.Sepanjang abad ke-19 Amerika
Serikat masih tetap mrupakan suatu koloni kultural Eropa, kecuali untuk batas
tertentu di bidang-bidang ilmu. Hubungan ilmu dengan penerapan-penerapannya
mempunyai perubahan bertahap yang sama, meskipun terdapat klaim-klaim yang
bertentangan, transisi langsung dari proses-proses laboratorium menuju pabrik
menjadi efekktif hanya menjelang akhir abad ke-19.
b) kemajuan
dalam Fisika
Selama
abad ke-19, tiap cabang induk ilmu eksperimental menghasilkan kemajuan besar,
yang bila ditinjau ke belakang pada keadaan awalnya, tampak merupakan tingkat
permulaan. Fisika mencapai penyatuan
eksperimentasi yang ketat dengan teori matematik abstrak yang membawa
pengetahuan yang tak terduga dalamnya serta kekuatan penerapan pengetahuan itu.
Akar perkembangan ini terletak dalam karya fisikawan di bidang kekuatan
rekayasa (power engineering) yang
dipelopori oleh Sandi Carnot dari Perancis dan James Joule dari Inggris, dalam
bidang-bidang eksperimental yang beraneka ragam dipelopori oleh Herman
Helmhotz, dan dalam penelitian spektakulatif mencari agen tunggal perubahan
fisika.Para fisikawan belakangan dengan tepat menyebut abad ke-19 sebagai abad
klasik.
c) Kemajuan
dalam Kimia
Kimia
memghabiskan beberapa dekade untuk merampungkan tugas heroiknya
mengklasifikasikan substansi-substansi ke dalam unsur-unsur dan
persenyawaan-persenyawaan.Akhirnya komposisi air diketahui sebagai H2O dan bukan HO. Setelah itu kimia
dapat bergerak kea arah penyatuannya yang lebih dekat dengan fisika dan
peningkatan kekuatannya dalam penerapan industri.
d) Kemajuan dalam Biologi
Dalam
biologi, pendekatan eksperimental pertama kali berhasil dikembangkan dalam
fisiologi.Tema zaman ini ialah kemajuan, dan ilmu menerima kepercayaan karena
banyaknya kemajuan nyata yang terjadi dan juga karena banyaknya kemjuan nayat
yang terjadi dan juga karena menganut optimisme umum zaman itu.
2.
Awal abad ke-20
Pada
masa ini, ilmu bersifat professional dalam organisasi sosialnya, reduksiois
dalam gayanya dan positif dalam jiwanya.Gaya pekerjaan yang dominan dalam
periode ini bersifat reduksionis.Penyelidikan-penyelidikan dipusatkan pada
proses-proses murni, stabil dan dapat dikontrol secara buatan yang dapat
terlaksana di laboratorium.Dan teori-teori yang digemari ialah yang mencakup
penyebab-penyebab fisik, yang menggunakan argumen-argumen matematis yang
berat.Hampir semua filsafat ilmu yang nyata bermodelkan pada fisika teoritis.
Prestasi-prestasi
ilmiah diawal abad ke-20 terlalu besar bahkan untuk dikatalogkan.Ditiap bidang
utama, kemajuan didasarkan pada karya deskriptif yang sangat berhasil dari abad
ke-19.Dan bagian awal abad ke-20 menyaksikan penemuan efek-efek baru yang
menyeluruh (sinar X, radioaktif), penetrasi ke dalam struktur materi (teori
atomatik, isotop-isotop).
3.
Masalah-masalah
dan Prospek-prospek
Dalam
perspektif sejarah yang panjang ini, dapat dilihat bahwakesulitan-kesulitan
moral, politik dan lingkugan yang dihadapi ilmu dan teknlogi masa kimi tidak
seluruhnya baru.Dari sini diwarisi suatu ideologi ilmu murni, sebuah teknologi
yang didalamya semua masalah dipecahkan dengan sangat berhasil, dan sebuah
komunitas para sarjana yang terlindung.Pada masa kini, hubungan ilmu yang intim
dengan industri, pertahanan, dan politik telah membuat cita-cita akan ilmu
murni ketinggalan zaman dan telah menghadapkan masyarakat pada perlunya sutau
konsepsi mengenai cara kerja dunia alamiah yang berbeda dari model reduksionis
fisikawan.
FILSAFAT
ILMU
I.
PENDEKATAN UMUM PADA FILSAFAT ILMU
A.
Hakikat, Ruang Lingkup dan Hubungan-hubungan Topiknya
Sebagai
suatu disiplin, filsafat ilmu pertama-tama berusaha menjelaskan unsur-unsur
yang terlibat dalam proses penelitian ilmiah yaitu: prosedur-prosedur
pengamatan, pola-pola argument, metode penyajian dan perhitungan,
praandaian-praandaian metafisik dan seterusnya.
Di
sepanjang perkembangan filsafat, topik yang digeluti oleh mereka, (seandainya
hidup sekarang akan disebut filsuf ilmu) terbagi atas dua jenis utama yaitu:
ontologis atau ontal dan epistemologis atau epistemik.
Filsuf
Amerika berkebangsaan Jerman di abad ke-20 telah mencari ke dalam filsafat
untuk membuktikan bahwa bukan hanya penelitian-penelitian ilmiah yang dapat
memberikan pengetahuan yang bermanfaat. Pada tingkat yang lebih umum dan
abstrak, filsafat ilmu tak pernah dapat dipisahkan sama sekali dari matefisika
dan epistemologi.
Penyelidikan
masa kini pada filsafat ilmu tidak memuat upaya prasangka terhadap persoalan
utama yakni apakah metode-metode analisis logis saja yang sah ataukah pada
titik tertentu topiknya bertumpang-tindih secara sah dengan topik-topik yang
berdektan dengan psikologi kognitif, sejarah ilmu, dan epistemologi.
B.
Perkembangan Histroris Filsafat Ilmu
1.
Periode Klasik dan Abad Tengah:
Permulaan
Filsafat Alam
Pada
mulanya persoalan-persoalan ilmu adalah di seputar metode dan substansi yang
tidak terpisahkan dari apa yang telah lama disebut sebagai filsafat alam.
Pertanyaan-pertanyaan tentang alamdidiskusikan dalam Timaeus karya Plato dan
Physics karya Aristoteles, misalnya, berciri tidak murni metafisik ataupun
murni empiris walaupun keduanya mempunyai aspek metodologis yang mirip dengan
filsafat ilmu modern.
Plato
beragumen bahwa hanya entitas-entitas matematis yang mempunyai jenis
intelligbilitas yang bersifat tetap, yang telah dituntut Parmenides dengan
tepat pada unusr-unsur pokok terakhir (ultimate
constituents) dalam ilmu alam rasional.Sedangkan dalam pandangan
Aristoteles, entitas-entitas dan relasi-relasi matematis sangat umum dan sangat
jauh dari pengalaman aktual untuk menjelaskan rincian-rincian kualitatif
entitas-entitas empiris.Jadi unsur-unsur terakhir alam tentunya bukan
bentuk-bentuk matematika yang sangat umum dan abstrak seperti yang dinyatakan
Plato, melainkan lebih berupa entitas-entitas tertentu yang lebih spesifik,
dapat dikenal dalam rangkaian pengalaman empiris yang lazim.Contoh dari esensi
dasar seperti itu dapat ditemukan dengan mempelajari siklus hidup yang khas
makhluk hidup yang berbeda-beda.
Pada
puncak Abad Pertenghan, kemungkinan bagi manusia untuk membuat dirinya menjadi
tuan intelektual alam, sebagian besar sudah ditinggalkan. Pengertian manusia
masa kini tergantung kepada penerangan Allah.Jaminan pengetahuan ilmiah tidak
terletak pada mutu metodologinya melainkan terletak pada berkat Allah.Dalam
penafsiran ini, manusia tidak mempunyai jalur langsung untuk memasuki alam,
satu-satunya jalan menuju pengetahuan adalah melalui pikiran ilahi.
C.
Abad ke-17 dan ke-18: Dari Manifesto Hingga Kritik
Antara
tahun 1600 sampai 1800 perdebatan dalam filsafat ilmu hamper tak dapat
dipisagkan dari perdebatan dalam ilmu itu sendiri. Sejak Bacon dan Galileo
melalui Descrates dan Leibniz hingga Laplace dan Kant, semua peserta perdebatan
filosofis memainkan peranan penting di pentas ilmiah. Argumen-argumen Bacon dan Descrates benar-benar
merupakan manifesto; keduanya menawarkan program-program intelektual bagi
sebuah ilmu alam yang hendak dibangun, dan sementara ini memang benar bahwa
selama 150 tahun kemudian, Galileo, Newton dan banyak ilmuwan lain benar-benar
menyusun ilmu fisika baru yang dianjurkan oleh para filsuf.
Para
ilmuwan abad ke-17 seperti Robert Boyle salah seorang pendiri kimia modern yang
sungguh-sungguh mencoba menerapkan maksim-maksim Bacon, menemukan nasehatnya
yang menjemukan malah menghalangi ketimbang membantu dalam merumuskan
konsep-konsep teoritis yang menerangi.(Dengan agak kasar dikatakan, bahwa Bacon
“bersifat seperti Tuan Perdana Menteri”). Disisi lain, walaupun Newton sangat
dipengaruhi oleh contoh matematis Descrates, ia hanya mengikuti maksim-maksim
metodologisnya pada satu poin saja.
Salah
satu tujuan utama filsafat Kant yang disebut sebagai filsafat Kritis, dengan
metodenya yang terkenal dengan sebutan metode transcendental, dimana
pengetahuan mencerminkan strruktur kategoris pikiran, ialah memberikan
pembenaran filosofis terhadap hasil-hasil Newton.
D.
Sampai Perang Dunia 1: Filsafat Fisika Klasik
Abad
belakangan, dalam tahun 1800-an, para filsuf ilmu dengan cara yang
berbeda-beda, seperti Ernst Mach, fenmenalis Auatria, dan Heinrich Hertzh,
perintis teori gelombang elektromagnetik, keduanya melanjutkan
persoalan-persoalan yang dibukakan oleh Kant, dan beberapa impilkasinya masih
diteliti dalam tahun 1970-an,contohnya dalam psikologi kognitif.
Perdebadan
dalam filsafat ilmu adalah abad ke-19 berpusat pada topik-topik pinggiran dan
menghindari isu-isu yang dapat mempertanyakan kemapanan Euklides dan Newton.
Pertengahan abad ke-19, Herman von Helmholtz, pelopor studi-studi ilmiah yang
luas cakupannya, memulai penyelidikan-penyelidikan yang luar biasa ke dalam
produkski pengalaman inderawi dan ide-ide manusia yang dilakukan dalam karya
monumentalnya Handbuch der
physiologischen Optik (1956-67); diterjemahkan ke dalam bahasa inggris, Physilogical Optics (1921-25).
Pada
sisi ekstrem, seoranng fisikawan dan filsuf Austria, Ernst Mach, dan Richard Avenarius,
pengarang filsafat yang dikenal sebagai emprio-kritisme menjelaskan secara
rinci bentuk sensasionalis Empirisisme yang mengingatkan kita pada David Hume,
yang telah bersikeras bahwa semua ini dapat dilacak kepada “kesan-kesan”
(sensasi-sensasi).
E.
Perdebatan Abad ke-20: Para Postivistis versus
Sejarawan
Di
pertengahan abad ke-10, perdebatan dalam filsafat ilmu menjadi semakin
mendalam, rumit dan keritis, dalam kenyataannya selama 50 tahun, kita telah
melihat topik itu akhirnya mendapat status sebagai suatu displin profesinal
yang mantap.
Tema-tema
utama perdebatan berikutnya sebagian besar diperkenlakan dalam diskusi periode
sekitar tahun 1900. Mach mencoba mereduksi semua pengetahuan menjadi
penyataan-pernyataan tentang sensasi-sensasi, sebagai sumber utama baik
Potivisme dan empirisisme logis Lingkaran Wina-sekelompok filsuf dan ilmuwan
terkemuka yang bertemu secara teratur di Wina selama tahun 1920-an dan 1930-an.
Oposisi
yang paling kuat kepada aliran Empirisis atau Positivis telah muncul yang berasal
dari aliran Neo-Kantian yang mempertanyakan persis pada kemungkinan
mengidentifikasi kumpulan yang dibuthhkan untuk memperkuat atau tidak
mempercayai teori-teori alternatif.
Selama
periode yang sama ini, perubahan-perubahan luar biasa yang terjadi di dalam
ilmu-ilmu seperti fisika teoritis, biokimia, dan psikologi telah merangsang
diskusi-diskusi filosofis di kalangan para ilmuwan itu sendiri. Secara
metodologis, sejak tahun 1940 satu pusat baru perdebatan filosofis telah
berkembang, kini dalam ilmu-ilmu behavioral. Sedangkan pada tahun 1970-an para
psikolog teoritis masih jauh dar sepakat dalam penjelasan-penjelasan
merekamengenai perilaku manusia.
II.
KONSEPTUALISASI DAN METODOLOGI ILMU
Sekarang
adalah saat yang tepat untuk mendefinisikan masalah-masalah yang selalu
berulang.Pada abad ke-17 para filsuf menganalisis alam dan ruang lingkup
penjelasannya yang mungkin secara matematis dan ekserimental, mereka membantu
memperjelas dasar bagi Newton untuk mengembangkan program intelektual dan metodologi
fisika teoretis modern. Klarifikasi metodologis dalam filsafat ilmu, telah
berkali-kali membawa kemjauan kreatif pada ilmu itu sendiri sehingga pada
gilirannya ,memunculkan pengalaman baru yang dapat dimanfaatkan para filsuf
untuk memjukan analisis metodolgisnya.
A.
Unsur-unsur Usaha
Ilmiah
Cukup
mudah mendaftar unsur-unsur utama yang pasti memperoleh tempat didalam setiap
fisafat ilmu, namun persoalan-persoalan muncul ketika memetakan
hubungan-hubungan diantara mereka.
B.
Data Empiris dan
Penafisran Teoritis
Tugas
ilmiah adalah menjelaskan peristiwa-peristiwa, proses-proses atau fenomena
aktual di alam dan tidak ada sistem ide-ide teoretis, istilah-istilah teknis,
dan prosedur-prosedur matematis yang patut disebut ilmiah jika ia tidak
bertarung dengan fakta-fakta empiris itu pada titik tertentu dan dengan cara
tertentu membantu membuatnya lebih dapat dipahami.
1. Prosedur-prosedur
Emiris Ilmu
Pada
level pengamatan empiris dan deskripsi, tiga topic itu dapat dibicarakan secara
ringkas, semua ini didiskusikan lebih panjang dan lebar dalam artikel yang
lain. Pertama, ada prosedur-prosedur pengukuran yang membawa para ilmuwan tiba
pada perkiraan-perkiraan kuantitatif terhadap variabel-variabel dan
kebesaran-kebesaran yang dipertimbangkan di dalam teori-teori mereka.
Kedua,
terdapat prosedur-prosedur analitis statistic untuk rancangan
eksperimen-eksperimen ilmiah. Teknik-teknik mattematis yang digunakan untuk
tujuan ini, dalam kenyataannya, ialah yang berhubungan erat dengan
teknik-teknin yang terlibat di dalam teori-teori pengukuran, kesalahan yang
mungkin, signifikan statistik, dan yang lainnya.Akhirnya penanganan awal data
empiris sang ilmuwan mengharuskannnya menggunakan prosedur-prosedur klasifikasi
sistematik.
2. Struktur-Struktur
Formal Ilmu
Dibagian
ini aspek-aspek ilmiah yang akan dibicarakan ialah aspek-aspek yang telah
mendominasi perdebatan mutakhir di dalam filsafat ilmu, yakni struktur-struktur
formal teori ilmiah dan proses perubahan konseptual. Pelaksanaan aktual program
ini telah melibatkan penyelidikan-penyelidikan yang kompleks dan sangat teknis,
selama itu kecerdikan yang hebat telah diperlihatkan.Pada titik perdebatan ini,
pusat perhatian berganti dari masalah statis menganalisis suatu ilmu dalam
menganalisis proses-proses dinamis perubahan intelektual dan konseptual.
3. Perubahan
Konseptual dan Perkembangan Ilmu
Masalah
perkembangan konseptual dewasa ini kembali kepada inti. Persoalan penting yang
diajukan ialah:”apakah konsep itu?” . Untuk menafsirkan sebuah konsep seperti
tenaga yang mengacu baik kepada suatu perasaan atas usaha atau kepada citra
mental, mereka berargumen hanya akan menyebabkan kebingungan.
Tugas
filosofis yang utama sekarang ialah menganalisis dengan jelas dan eksplisit,
(1) Standar-stadar yang dijadikan patokan oleh para ilmuwan untuk memutuskan
apakah suatu penafsiran sah, benar, atau tidak dan mantap dengan meyakinkan dan
(2) Pertimbangan-perttimbangan yang membenarkan pembuangan penafsiran yang
telah diterima dewasa ini demi suatu penafiran alternatif yang baru.
Alternatif
yang manapun diadopsi, satu poin harus dicamkan di dalam pikiran: pada saat
masalah-masalah diseputar pengaturan teoretis ilmu yang sedang berubah mulai
dilaksankan dalam suatu cara pengembangan yang autentik, penelitian-penelituian
filosofis diberi suatu arah yang sama sekali baru.
C.
Gerakan-gerakan
Pemikiran Ilmiah
1. Penemuan
dan Rasionalitas
Apakah
prosedur-prosedur intelektual yang benar-benar dipakai para ilmuwan untuk
menyelidiki dan menjelaskan fenomena alamiah membatas dan objektif
sehinggapenggunaan mereka hati-hati, bijaksana, dan wajib secara rasional?
Dalam menjawab petanyaan ini, opini filosofis cenderung mengutub pada
tahun-tahun terakhir ini kearah dua poisis yang ekstrem: di satu sisi, ekstrem
positivis atau formalis, di sisi lain, ekstrem romantik atau irrasional.
Dalam
menganalisis mikrostruktur pemecahan masalah ilmiah, perlulah menolak setiap
godaan untuk menggeneralisasi secara terburu-terburu. Oleh karena itu, orang
harus mulai dengan mempelajari kebutuhan-kebutuhan dan tugas-tugas spesifik
masing-masing ilmu tertentu, pada tahap yang satu dan tahap yang lain dalam
evolusinya, secara terpisah mencoba mengenali,ndalam tiap kasus indivudualnya,
tuntutan-tuntuan intelektual yang khusus dipertemukan denga konsep baru atau
teori apa pun, jika ia ingin berhasil.
2. Pengesahan
dan Pembenaran
Dari
tahun 1920 sampai seterushnya, perdebatan dalam filsafat ilmu sangat terfokus
pada dua posisi yang bertentangan secara tajam, jika ditinjau ke belakang
keduanya tampak terlalu sempit.Di satu sisi, para filsuf Empirisis membuktikan
suatu pandangan yang memprediksi tes yang sagat penting bagi kesahihan ilmiah;
disisi lain, para filsuf yang berwatak lebih Rasionalis melihat koherensi dan
ruang lingkup sebagai persyaratan-pesyratan yang lebih penting.
Proses
pengesahan melibatkan dua langkah yang esensial (1) Langkah formal yang
menyimpulkan prediksi-prediksi baru dari teori tersebut dan (2) Langkah empiris
yang yang membandingkan prediksi-prediksi tersebut dengan fakta-fakta sehingga
memperlihatkan keberan teori tersebuut atau membuktikan keliruannya.
Dalam
pemeriksaan yang lebih dekat, kedua langkah dalam prosedur Empirisis yang
diterima menghadapi kesulitan-kesulitan yang serius, mengenai langkah (1)
Mendeduksi prediksi-prediksi fackual tertentu langsung dari hipotesa-hipotesa
teoretis (2) Pembenturan empiris teori-teori dengan fakta-fakta memunculkan
deretan pilihan yang lebih kompleks daripada yang disiratkan oleh penjelasan
Empiris.
3. Penyatuan,
Pluralisme, dan Reduksionisme
Sebagai
ilustrasi yang penting mengenai tarik menarik diantara isu-isu pragmatis dam
logis di dalam filsafat ilmu, dapat disebytkan gerakan Penyatuan Ilmu. Tuntutan
pada penggabungan atau penyatuan dianggap sebagai masalah praktis metodologi,
maka akan ditemukan bahwa para ilmuwan sedang menghadapi masalah-masalah dari
jenis yang lebih pragmatis dan berbeda.
Penyatuan
konseptual dan metodlogis menyajikan suatu gerakan sejati dalam perkembangan
pemikiran ilmiah; namun bentuk logis ilmu terpadu yang dituju para filsuf
bukanlah sesuatu yang dapat diletakannya secara definitf sebelum zamannya tiba.
III.
ISU-ISU YANG LEBIH DALAM DAN LEBIH LUAS YANG
MELIBATKAN ILMU
A.
Status Filosofis
Teori Ilmiah
1.
Status Proposisi dan Konsep-konsep atau
Entitas-entitas Ilmiah
Bagian
artikel ini yang berjudul Konseptualisasi dan Metodologi Ilmu mengkaji,
pertama-tama, bahan-bahan material (unsur-unsur) yang dipakai para ilmuwan
dalam mengembangkan teori-teori meteka tentang cara kerja dunia alamiah, dan
kedua, langkah-langkah intelektual (gerakan-gerakan) yang membawa mereka sampai
kepada pemahaman ilmiah akan alam.
Pada
kutub ekstren lawannnya, terdapat posisi konvesnsionalis yang ketat, yang
menaknkan peran konstruktif artikulasi teori sang ilmuwan itu sendiri dan
menekankan keharusan loguis untuk mengembangkan struktur konseptual yang
dihasilkan.
Istilah-istilah
dan konsep-konsep ilmu tersebut semuanya dimengerti sebagai prosuk dari begitu
banyaknya operasi logis, atau semantik atau konstruksi yang nyata disishkan
sebagai takhayul-takhayul metafisik yang membahayakan.
2.
Analisis Filosofis dan Praktek Ilmiah
Perdebatan
filosofis tentang ilmu telah dilaksanakan dalam bentuk-bentuk yang spesifik
lainnya. Persis seperti dalam filsafat alam Aristoteles, kontroversi metafisik
tentang ide-ide dan esensi-esensi tercermin dalam pendekatan metodologis
Aristoteles sendiri kepada biologi dan kepada studi hubungan-hubungan alamiah
dan klasifikasi-klasifikasi organisme-organisme, maka ketkika abad ke -20
mempertimbangkan kembali taksonomi tradisional, dalam kerangka teori evolusi,
genetika dan dinamika populasi menjadi sutua kesempatan untuk memperbaharui
perdebatan filosoifs.
Pada
titik ini aliansi diantara ilmu dan filsafat hanya memindahkan ke dalam
bidang-bidang ilmu yang merupakan wilayah-wilayah kebingungan metodologis masa
kini, interaksi-interaksi yang sama, yang subur pada abad-abad terdahulu,
dimana ilmu mempunyai metode-metode yang sekarang dimengerti dengan baik.
Sekarang
ini, filsuf harus melihat pada posisi-posisi saingannya di dalam filsafat ilmu,
bukan sekedar jawaban-jawaban kontradiktoris kepada pertanyaan-pertanyaan
teknis di dalamfisafat itu sendiri.Melainkan sama-sama sebagai
kontribusi-kontribusi pelengkap bagi kemajuan metodlogis pemahaman teoretis
kepada seluruh wiayah yang bermaca,-macam dari bidang-bidang ilmiah yang
berbeda.
B.
Hubungan antara
Ilmu dan Budaya
Survei
ini, hamper secara eksklusif telah membicarakan masalah-masalah filosofis dan
argument-argumen tentang ilmu-ilmu yang dipandang sebagai sumber-sumber
pengetahuan teoretis.
Apapun
posisi filosofis umum seseorang dengan realitas pengetahuan dan entitas-entitas
dan pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih praktis untuk dihadapi,
pertanyaan-pertanyaan tentang implikasi-implikasi spesifik ide-ide dan
kepercayaan-kepercayaan ilmiah yang berbeda untuk bidang-bidang tindakan dan
pengalaman manusia yang serupa.


0 comments:
Post a Comment