SINOPSIS
FILSAFAT ILMU : SEBUAH PENGANTAR POPULER
Disusun Oleh : Ihdi Syahputra Ritonga
PROGRAM
STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
Dosen
Pembimbing : Drs. Ibnu Qoyim, M.Si
BAB
I
KE
ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT
Ilmu
dan Fisafat
Pengetahuan dimulai
dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat
dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang
telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati
bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak
terbatas ini.
Berfilsafat berarti mengoreksi diri,
semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran
yang dicari telah kita jangkau. Berfilsafat juga berarti berendah hati
mengevaluasi segenap pengetahuan yang telah kita ketahui.
§ Filsafat
Filsafat adalah
pemikiran/penelaahan tentang sesuatu secara mendalam, menyeluruh dan berkesinambungan.
Adapun karakteristik berpikir filsafat adalah
menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan.
menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan.
Ada tiga karakteristik
berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Yang kedua adalah sifat
mendasar. Yang ketiga adalah sifat spekulatif. Bidang Telaah Filsafat selaras
dengan dasarnya yang spekulatif, maka dia menelaah segala masalah yang mungkin
dapat dipikirkan oleh manusia. Sesuai dengan fungsinya menjawab sebagai pionir
dia mempermasalahkan hal-hal yang pokok: terjawab masalah yang satu, diapun
mulai merambah pertanyaan lain.
·
Cabang-cabang
Filsafat
1. Epistemologi
(Filsafat pengetahuan);
2. Etika
(Fisalfat moral);
3. Estetika
(Filsafat seni);
4. Metafisika;
5. Politik
(Filsafat pemerintahan);
6. Filsafat
Agama;
7. Filsafat
ilmu;
8. Filsafat
pendidikan;
9. Filsafat
Hukum;
10. Filsafat
sejarah;
11. Filsafat
matematika.
Pokok permasalahan yang dikaji
filsafat mencakup tiga segi, yakni :
1.
Logika (apa yang disebut
benar dan apa yang disebut salah).
2. Etika
(mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk).
3.
Estetika (apa yang
termasuk indah dan apa yang termasuk jelek).
§ Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan
bagian dari epistemology (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji
hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang
mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan
antara ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, namun karena
permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu sering
dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial.
Filsafat ilmu merupakan
telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai
hakikat ilmu seperti:
1.
Ontologi
Obyek apa yang ditelaah
ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan
antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan
mengindera) yang membuahkan pengetahuan?
2.
Epistemologi
Bagaimana proses yang
memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya?
Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang
benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya?
Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang
berupa ilmu?
3.
Aksiologi
Untuk apa pengetahuan
yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan
tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah
berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural
yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma
moral/professional?
BAB
II
DASAR-DASAR
PENGETAHUAN
Penalaran
Manusia adalah makhluk
ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan makhluk hidup lain (hewan dan tumbuhan),
sedangkan pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia. Manusia
dalam kehidupannya memerlukan pengetahuan, karena manusia mempunyai sifat rasa
ingin tahu tentang sesuatu, dan rasa ingin tahu itu selalu berkembang dari
waktu ke waktu, juga untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang selalu berubah
dan meningkat.
Penalaran merupakan suatu
proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan
bukan dengan perasaan, tetapi tidak semua kegiatan berpikir menyandarkan diri
pada penalaran.
Jadi penalaran adalah
kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan
kebenaran. Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri
tertentu, yaitu :
1.
Adanya suatu pola
berpikir yang secara luas disebut logika.
2.
Proses berfikirnya
bersifat analitik.
Penalaran merupakan suatu
proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan
penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus
dilakukan suatu cara tertentu. Perasaan adalah suatu penarikan kesimpulan yang
tidak berdasarkan penalaran. Intuisi adalah suatu kegiatan berpikir yang
nonanalitik yang tidak mendasarkan diri pada pola pikir tertentu.
Logika
Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses
penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan
kesimpulan ini disebut logika. Secara lebih luas logika didefinisikan sebagai
“pengkajian untuk berpikir sacara sahih”. Cara penarikan kesimpulan berdasarkan
penalaran ilmiah, yaitu logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif
merupakan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata (khusus)
menjadi kesimpulan yang bersifat umum, sedangkan logika deduktif merupakan
penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat
individual (khusus). Penarikan kesimpulan secara deduktif menggunakan pola
berpikir silogisme. Disusun dari dua buah pertanyaan dan sebuah kesimpulan
Sumber
Pengetahuan
Pengetahuan
dapat diperoleh dari :
1. Pengalaman;
2. Wahyu;
3. Otoritas;
4. Berpikir deduktif;
5. Berpikir induktif;
6. Metode ilmiah.
Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada
rasio dan yang kedua mendasarkan diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis
mengembangkan paham apa yang kita kenal dengan rasionalisme sedangkan mereka
yang mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan paham yang disebut dengan
empirisme.
Kaum rasionalis beranggapan bahwa pengetahuan didapatkan lewat
penalaran rasional yang abstrak sedangkan kaum empirisme pengetahuan manusia
didapatkan lewat bukti konkret. Selain rasionalisme dan empirisme masih
terdapat cara untuk mendapatkan pengetahuan yaitu intuisi dan wahyu. Intuisi
merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu.
Wahyu pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada para nabi dan
rasul-rasulnya.
Kriteria
Kebenaran
1.
Teori Koherensi
Menurut teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar bila pernyatan
itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap
benar. Ahli filsafat yang mengembangkan teori koherensi, diantaranya Plato
(427- 347 SM) dan Aristoteles (384- 322 SM).
2. Teori Korespondensi
Menurut teori korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi
pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi dengan obyek yang
dituju oleh pernyataan tersebut. Ahli filsafat dalam aliran ini adalah Bertrand
Russel (1872-1970).
3. Teori Pragmatis
Menurut teori ini,
kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut
bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Teori ini dicetuskan oleh Charles
S. Piece (1839- 1914).
BAB III
ONTOLOGI:
HAKIKAT APA YANG DIKAJI
Metafisika
Metafisika dapat diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki apa hakikat di
balik alam nyata ini. Bidang telaah filsafat yang disebut metafisika ini
merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafat termasuk pemikiran
ilmiah.
Asumsi
Tanpa
asumsi ini permbicaraan lantas
sia-sia. Untuk
meletakkan ilmu dalam perspektif filsafat ini marilah ita bertanya kepada diri
sendiri apakah sebenarnya yang ingin dipelajari ilmu.
Peluang
Berdasarkan teori keilmuan tidak akan pernah mendapatkan hal yang pasti
mengenai suatu kejadian. Yang ada adalah kesimpulan yang probabilistik.
Beberapa
Asumsi dalam Ilmu
Dalam mengembangkan
asumsi kita harus perhatikan beberapa hal. Pertama, asumsi ini harus relevan
dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan. Asumsi harus operasional
dan merupakan dasar dari pengkajian teoritis. Kedua, asumsi ini harus
disimpulkan dari keadaan sebagaimana adanya bukan bagaimana keaadaan yang
seharusnya.
Batas-batas
Penjelajahan Ilmu
Ilmu membatasi lingkup
penjelajahanya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan metode yang
dipergunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenaranya secara empiris.
BAB
IV
EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN
PENGETAHUAN YANG BENAR
Jarum
Sejarah Pengetahuan
Konsep dasar pengetahuan
waktu dulu adalah kriteria kesamaan bukan perbedaan. Tetapi setelah
berkembangnya abad penalaran pada pertengahan abad ke 17 konsep dasarnya
berubah dari kesamaan kepada perbedaan berbagai pengetahuan yang mengakibatkan
timbulnya spesialisasi pekerjaan dan konsekuensinya mengubah struktur
kemasyarakatan. Pohon pengetahuan mulai dibeda-bedakan berdasarkan apa yang
diketahuai, bagaimana cara mengetahui dan untuk apa pengetahuan itu
dipergunakan.
Pengetahuan
Pengetahuan pada
hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek
tertentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu. Setiap jenis pengetahuan mempunyai
ciri-ciri spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistimologi) dan untuk
apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun.
Ilmu mempelajari alam
sebagaimana adanya dan terbatas pada lingkup pengalaman kita. Pengetahuan
dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab permasalahan kehidupan yang
sehari-hari dihadapi manusia, dan untuk digunakan dalam menawarkan berbagai
kemudahan kepadanya.
Metode
Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang
disebut ilmu. Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari
peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah.
Alur
berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah adalah sebagai berikut yaitu:
1. Perumusan Masalah
2. Penyusunan kerangka berpikir
3. Perumusan hipotesis
4. Pengujian hipotesis
5. Penarikan kesimpulan.
Struktur
Pengetahuan Ilmiah
Pada hakikatnya
pengetahuan ilmiah mempunyai tiga fungsi yakni menjelaskan, merencanakan dan
mengontrol. Sebuah teori pada umumnya terdiri dari hukum-hukum. Hukum pada
hakikatnya merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel
atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat. Pengetahuan ilmiah dalam
bentuk teori dan hukum harus mempunyai tingkat keumuman yang tinggi atau secara
idealnya harus bersifat universal. Dalam ilmu sosial untuk meramalkan
menggunakan metode proyeksi, pendekatan struktural, analisis kelembagaan atau
tahap-tahap perkembangan.
Struktur
Pengetahuan Ilmiah:
1. Teori yang
merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor
tertentu dari sebuah disiplin keilmuan.
2. Hukum yang
merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih
dalam suatu kaitan sebab akibat.
3. Prinsip yang dapat
diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok
gejala-gejala tertentu yang mampu menjelaskan kejadian yang terjadi.
4. Postulat yang
merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut
pembuktiannya.
BAB
V
SARANA
BERPIKIR ILMIAH
Sarana
Berpikir Ilmiah
Sarana ilmiah pada
dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah
yang harus ditempuh. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik
maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika, statistika.
Bahasa
Bahasa dapat dicirikan
sebagai serangkaian bunyi, lambang di mana rangkaian bunyi ini membentuk suatu
arti tertentu. Rangkaian bunyi ini yang kita kenal sebagai kata melambangkan
suatu obyek tertentu. Bahasa mengalami perkembangan oleh karena disebabkan
pengalaman dan pemikiran manusia yang juga berkembang. Dengan bahasa manusia
dapat berpikir secara teratur namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang
sedang ia pikirkan kepada orang lain. Tanpa bahasa maka mustahil bisa berpikir
secara teratur dan dengan bahasa kita bisa melanjutkan nilai-nilai kepada
generasi berikutnya. Berbahasa dengan jelas adalah makna yang terkandung dalam
kata-kata harus diungkapkan secara tersurat untuk mencegah pemberian makna yang
lain. Berbahasa dengan jelas artinya juga mengungkapkan pendapat atau pikiran
secara jelas.
Matematika
Matematika adalah bahasa
yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.
Lambang-lambang matematika bersifat artifisial yang baru mempunyai arti setelah
sebuah makna diberikan kepadanya.
Tanpa
itu matematika hanya kumpulan rumus-rumus yang mati. Matematika mempunyai
kelebihan dari bahasa verbal karena matematika mengembangkan bahasa numerik
yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Dengan
bahasa verbal hanya bisa mengemukakan peryataan yang bersifat kualitatif. Sifat
kuantitatif dari matematika meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu.
Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan
masalah secara lebih tepat dan cermat. Matematika berfungsi sebagai alat
berpikir. Matematika secara garis besarnya merupakan pengetahuan yang disusun
secara konsisten berdasarkan logika deduktif.
Statistika
Konsep statistika sering
dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi.
Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari
kesimpulan yang ditarik. Statistika
juga memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan
kausalitas antara dua faktor atua lebih bersifat kebetulan atau benar-benar
terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris. Sebagai bagian dari
perangkat metode ilmiah maka statistika membantu kita untuk melakukan
generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti
dan bukan secara kebetulan.
BAB
VI
AKSIOLOGI
: NILAI
KEGUNAAN ILMU
Ilmu dan Moral
Sejak Copernikus
(1473-1543) mengajukan teori tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa bumi
yang berputar mengelilingi matahari dan bukan sebaliknya seperti apa yang
diajarkan oleh ajaran agama maka di sinilah timbul interaksi antara ilmu dan
moral (yang bersumber dari ajaran agama). Para ilmuan berusaha untuk menegakkan
ilmu yang berdasarkan penafsiran alam sebagaimana semboyan : ilmu yang bebas
nilai.
Tanggung
Jawab Sosial Ilmuwan
Sikap sosial seorang ilmuwan
adalah konsisten dengan proses penelaahan keilmuwan yang dilakukan. Ilmu
terbebas dari nilai. Ilmu itu sendiri netral dan para ilmuwanlah yang
memberikan nilai. Dalam menghadapi masalah sosial, seorang ilmuwan yang
mempunyai latar belakang pengetahuan yang cukup harus menempatkan masalah
tersebut pada proporsi yang sebenarnya dan menjelaskanya kepada masyarakat
dalam bahasa yang dapat dicerna. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh seorang
ilmuwan maka harus dapat mempengaruhi opini masyarakat terhadap masalah-masalah
yang seyogyanya mereka safari. Di bidang etika, tanggungjawab seorang ilmuwan
bukan lagi memberikan informasi tetapi memberikan contoh.
Nuklir
dan Pilihan Moral
Seorang ilmuwan secara
moral tidak akan membiarkan hasil penemuanya untuk menindas bangsa lain
meskipun yang menggunakan itu adalah bangsanya sendiri. Seorang ilmuwan tak boleh
memutarbalikan penemuwannya bila hipotesisnya yang dijunjung tinggi yang
disusun di atas kerangka pemikiran yang terpengaruh preferensi moral ternyata
hancur berantakan karena bertentangan dengan fakta-fakta pengujian.
Revolusi
Genetika
Revolusi genetika merupakan babak baru
dalam sejarah keilmuan manusia sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh
manusia sebagai obyek penelaahan itu sendiri. Memperlakukan manusia sebagai
kelinci pencobaan adalah sikap yang tidak bermoral dan bertentangan dengan
hakikat ilmu.
BAB
VII
ILMU
DAN KEBUDAYAAN
Manusia
dan Kebudayaan
Kebudayaan didefenisikan
pertama kali oleh EB. Taylor pada tahun 1871 di mana dalam bukunya Primitive
Culture, kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainya yang
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Yang menjadi dasar dari
kebudayaan adalah nilai. Di samping nilai ini kebudayaan diwujudkan dalam
bentuk tata hidup yang merupakan kegiatan manusia yang mencerminkan nilai
budaya yang di kandungnya. Pada dasarnya tata hidup merupakan pencerminan yang
konkret dari nilai budaya yang bersifat abstrak: kegiatan manusia ini dapat
ditangkap oleh panca indera sedangkan nilai budaya hanya tertangguk oleh budi
manusia. Di samping itu nilai budaya dan tata hidup manusia ditopang oleh
sarana kebudayaan.
Ilmu
dan Pengembangan Kebudayaan Nasional
Ilmu merupakan
pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan. Dalam rangka
pengembangan kebudayaan ilmu mempunyai peranan ganda, yaitu:
1.
Ilmu
merupakan sumber nilai yang mendukung terlenggaranya pengembangan kebudayaan
nasional.
2.
Ilmu
merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa.
Dua dasar moral bagi kaum ilmuwan
adalah meninggikan kebenaran dan pengabdian secara universal. Tujuh nilai
ilmiah yang terpancar dari hakikat keilmuwan yakni:
1. 1.Kkritis
2. Rasional
3. Logis
4. Obyektif
5. Terbuka
6. Menjunjung kebenaran
7.
Pengabdian
universal.
Peranan ketujuh nilai ini
adalah dalam hal bangsa menghadapi permasalahan dalam bidang politik, ekonomi,
dan kemasyarakatan membutuhkan pemecahan permasalahan secara kritis, rasional,
logis dan terbuka. Sedangkan sifat menjunjung kebenaran dan pengabdian
universal akan merupakan aktor yang penting dalam pembinaan bangsa di mana
seseorang lebih menitikberatkan kebenaran untuk kepentingan golongan
dibandingkan kepetingan golongan. Bukan saja seni namun ilmu dalam hakikatnya
yang murni bersifat mempersatukan.
Dua
Pola Kebudayaan
Ada dua pola kebudayaan
yang terbagi ke dalam ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Raiso de’etre yang
menjadi argumentasi pembagian jurusan ini adalah asumsi yang pertama
mengemukakan bahwa manusia mempunyai bakat yang berbeda dalam pendidikan
matematika yang mengharuskan kita mengembangakan pola pendidikan yang berbeda
pula. Asumsi yang kedua adalah yang menganggap bahwa ilmu sosial kurang
memerlukan pengetahuan matematika. Asumsi kedua ini sekarang tidak relevan lagi
karena pengembangan ilmu sosial membutuhkan bakat-bakat matematika yang baik
untuk menjadikannya pengetahuan yang bersifat kuantitatif.
BAB
VIII
ILMU
DAN BAHASA
Terminologi:
Ilmu, Ilmu Pengetahuan, dan Sains
Seluruh bentuk dapat
digolongkan dalam kategori pengetahuan (knowledge) di mana masing-masing bentuk
dapat dicirikan oleh karakter obyek ontologis, landasan epistemologis dan
landasan aksiologi masing-masing. Salah satu bentuk knowledge ditandai dengan:
1.
Obyek Ontologis yaitu
pengalaman manusia yakni segenap ujud yang dapat dijangkau lewat panca indra
atau alat yang membantu kemampuan pancaindra;
2. Landasan
epistemologis yaitu metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dan
logika induktif dengan pengajuan hipotesis atau yang disebut
logico-hyphotetico-verifikasi;
3.
Landasan aksiologi:
kemaslahatan manusia artinya segenap ujud pengetahuan itu secara moral
ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.
Politik
Bahasa Nasional
Bahasa mempunyai dua
fungsi yaitu; (1) sebagai sarana komunikasi dan (2) sebagai sarana budaya yang
mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut. Fungsi
pertama dapat disebut sebagai fungsi komunikatif dan fungsi kedua sebagai
fungsi kohesif atau integratif.
BAB
IX
PENELITIAN
DAN PENULISAN ILMIAH
Struktur
Penelitian dan Penulisan Ilmiah
Langkah pertama dalam penelitian
ilmiah adalah mengajukan masalah yang berisi:
1.
Menentukan latar belakang
dari suatu masalah, kemudian melakukan identifikasi masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
2. Pengajuan
Hipotesis dalam hipotesis mengkaji
mengenai teori-teori ilmiah yang dipergunakan dalam analisis, pembahasan
mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan, penyusunan kerangka berpikir
dengan mempergunakan premis-premis dan menyatakan secara tersurat postulat,
asumsi dan prinsip yang dipergunakan, lalu merumuskan hipotesis.
3. Menguji
hipotesis secara empiris melalui penelitian dan kemudian hasil penelitian dapat
dilaporkan dalam kegiatan sebagai berikut:
a) menyatakan
variabel-variabel yang diteliti.
b) b.
menyatakan teknik analisa data.
c) c.
mendeskripsikan hasil analisis data.
d) d.
memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data.
e) e.
menyimpulkan pengujian hipotesis apakah ditolak atau diterima.
4. Ringkasan
dan Kesimpulan. Kesimpulan pengujian hipotesis dikembangkan menjadi kesimpulan
penelitian yang ditulis dalam bab tersendiri.
5.
Kesimpulan penelitian ini
merupakan sintesis dari keseluruhan aspek penelitian yang terdiri dari masalah,
kerangka teoritis, hipotesis, metodologi penelitian dan penemuan penelitian.
Seluruh laporan penelitian disarikan dalam sebuah ringkasan yang disebut
abstrak. Dalam laporan penelitian dilampirkan daftar pustaka dan riwayat hidup
peneliti.
Teknik
Penulisan Ilmiah
Teknik penulisan ilmiah
mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan serta teknik notasi. Penulis ilmiah
harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Komunikasi ilmiah harus bersifat
reproduktif artinya bahwa sipenerima pesan mendapatkan kopi yang benar-benar
sama dengan prototipe yang disampaikan sipemberi pesan. Komunikasi ilmiah harus
bersifat impersonal di mana berbeda dengan tokoh dalam sebuah novel yang bisa
berupa aku dan dia atau doktor faust. Kata ganti perorangan hilang dan diganti
universal yakni ilmuwan. Pembahasan secara ilmiah mengharuskan kita berpaling
kepada pengetahuan-pengetahuan ilmiah sebagai premis dalam argumentasi kita.
Pernyataan ilmiah yang kita gunakan harus mencatat beberapa hal yakni kita
identifikasi orang membuat pernyataan tersebut, media komunikasi ilmiah dimana
pernyataan tersebut di sampaikan, lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah
tersebut beserta tempat domisili dan waktu penerbitan dilakukan.
Teknik
Notasi Ilmiah
Kalimat yang kita kutip
harus dituliskan sumbernya secara tersurat dalam catatan kaki. Catatan kaki
mulai langsung dari pinggir atau dapat dimulai setelah beberapa ketukan tik
dari pinggir asalkan dilakukan secara konsisten. Nama pengarang yang jumlahnya
sampai tiga orang dituliskan lengkap sedangkan jumlah pengarang yang lebih dari
tiga orang hanya ditulis nama pertama ditambah kata et al. Kutipan yang diambil
dari halaman tertentu disebutkan halamanya dengan singkatan p (pagina) atau
hlm. (halaman). Jika kutipan itu disarikan dari beberapa halaman maka dapat
ditulis pp.1-5 atau hlm 1-5. jika nama pengaranganya tidak ada langsung
dituliskan nama bukunya atau Anom (anoniymous) di depan nama buku tersebut.
Sebuah buku yang ada diterjemahkan harus ditulis baik pengarang maupun
penterjemah buku tersebut sedangkan kumpulan karangan cukup disebutkan nama
editornya. Pengulangan kutipan dengan sumber yang sama dilakukan dengan memakai
notasi op.cit (opere citato: dalam karya yang telah dikutip), loc. cit (loco
citato: dalam tempat yang telah dikutip dan ibid (ibidem : dalam tempat yang
sama).
BAB
X
PENUTUP
Ilmu harus memiliki konsep dan
menjadi pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis untuk memecahkan masalah.
Ilmu bukan hanya sekadar pengetahuan yang harus bisa dihafal atau hanya untuk
sekedar dikenal atau sebagai pemenuhan kebutuhan estetika saja. Ilmu harus bisa
digunakan untuk menjelaskan, meramal, dan mengontrol masalah-masalah kehidupan.


0 comments:
Post a Comment